37 Views
ADAKAH hubungan pengamalan agama
–sholat, misalnya dalam agama Islam– oleh para siswa (peserta didik) dalam kehidupan
sehari-hari di sekolah? Seabagai penganut agama, apakah ada pengaruh langsung ataupun tidak langsung terhadap anak-didik di sekolah, khususnya dalam kehidupan seharinya di sekolah? Penting untuk memahami ini, khususnya bagi para guru di sekolah.
–sholat, misalnya dalam agama Islam– oleh para siswa (peserta didik) dalam kehidupan
sehari-hari di sekolah? Seabagai penganut agama, apakah ada pengaruh langsung ataupun tidak langsung terhadap anak-didik di sekolah, khususnya dalam kehidupan seharinya di sekolah? Penting untuk memahami ini, khususnya bagi para guru di sekolah.
Dalam banyak literatur, sesungguhnya banyak sudah terbaca dan kita ketahui bagaimana korelasi antara tindak-tanduk sehari-harinya dengan pengamalan keagamaannya
secara umum. Orang-orang yang melaksanakan ajaran agama dengan baik dan benar akan menjalankan kehidupan sehari-harinya dengan baik juga. Selalunya orang yang mampu
menjalankan agamanya dengan baik dan benar akan juga tampilan kehidupan
sehari-harinya berjalan dengan baik dan benar.
secara umum. Orang-orang yang melaksanakan ajaran agama dengan baik dan benar akan menjalankan kehidupan sehari-harinya dengan baik juga. Selalunya orang yang mampu
menjalankan agamanya dengan baik dan benar akan juga tampilan kehidupan
sehari-harinya berjalan dengan baik dan benar.
Logika sederhananya adalah karena menjalankan agama artinya
menjalan aturan Tuhan, penguasa alam, penentu kehidupan dan kematian maka orang
yang mengamalkan aturan agama artinya orang yang hidupnya dalam
keteraturan. Mengamlkan aturan Tuhan dengan sadar tentu saja akan memengaruhi kesehariannya dalam tataran peraturan yang berlaku juga.
menjalan aturan Tuhan, penguasa alam, penentu kehidupan dan kematian maka orang
yang mengamalkan aturan agama artinya orang yang hidupnya dalam
keteraturan. Mengamlkan aturan Tuhan dengan sadar tentu saja akan memengaruhi kesehariannya dalam tataran peraturan yang berlaku juga.
Di sekolah, dalam tataran yang
kecil ada tata aturan yang wajib diikuti dan dilaksanakan oleh keluarga
sekolah: siswa, guru, pegawai TU serta komponen lainnya. Sekolah yang teratur
alias berdisiplin adalah sekolah yang komponen pendukungnya tadi bersikap dan
bertindak sesuai ketentuan aturan sekolah.
kecil ada tata aturan yang wajib diikuti dan dilaksanakan oleh keluarga
sekolah: siswa, guru, pegawai TU serta komponen lainnya. Sekolah yang teratur
alias berdisiplin adalah sekolah yang komponen pendukungnya tadi bersikap dan
bertindak sesuai ketentuan aturan sekolah.
Tegasnya, bagi seorang siswa yang dalam
kesehariannya baik di sekolah maupun di luar sekolah (di rumah, di masyarakat,
di pasar, dll) sudah berkategori taat aturan sepenuh sadar dan sepenuh hati
dapat dipastikan bahwa di sekolah dia akan berkategori siswa patuh dan disiplin
aturan juga. Bagaimana mungkin dia melanggar aturan sekolah yang sanksinya bisa
dirasakan langsung saat itu sementara aturan Tuhan yang sanksinya baru
dijanjikan di akhirat saja dia tidak hendak melanggarnya.
kesehariannya baik di sekolah maupun di luar sekolah (di rumah, di masyarakat,
di pasar, dll) sudah berkategori taat aturan sepenuh sadar dan sepenuh hati
dapat dipastikan bahwa di sekolah dia akan berkategori siswa patuh dan disiplin
aturan juga. Bagaimana mungkin dia melanggar aturan sekolah yang sanksinya bisa
dirasakan langsung saat itu sementara aturan Tuhan yang sanksinya baru
dijanjikan di akhirat saja dia tidak hendak melanggarnya.
Lalau bagaimana dengan
masih tingginya pelanggaran tata tertib sekolah oleh para siswa? Bagaimana
dengan cukup banyaknya siswa terlambat, misalnya? Inilah yang yang ingin dicoba
ditelisik: adakah hubungan ketaatan beragama (baca: sholat) dengan kedisiplinan
siswa di sekolah? Iseng-iseng, penulis –saat masih berdinas– pernah bertanya kepada para siswa di
kelas ketika kebetulan berkesempatan masuk karena guru tidak masuk atau
terlambat masuk untuk melaksanakan pembelajaran. Ketika topik pembicaraan
mengenai agama, saya coba bertanya kepada seluruh siswa, “Ada berapa orang
siswa yang secara rutin (teratur secara sadar) melaksanakan sholat lima
waktu”. Tentu pertanyaan ini hanya untuk yang muslim.
masih tingginya pelanggaran tata tertib sekolah oleh para siswa? Bagaimana
dengan cukup banyaknya siswa terlambat, misalnya? Inilah yang yang ingin dicoba
ditelisik: adakah hubungan ketaatan beragama (baca: sholat) dengan kedisiplinan
siswa di sekolah? Iseng-iseng, penulis –saat masih berdinas– pernah bertanya kepada para siswa di
kelas ketika kebetulan berkesempatan masuk karena guru tidak masuk atau
terlambat masuk untuk melaksanakan pembelajaran. Ketika topik pembicaraan
mengenai agama, saya coba bertanya kepada seluruh siswa, “Ada berapa orang
siswa yang secara rutin (teratur secara sadar) melaksanakan sholat lima
waktu”. Tentu pertanyaan ini hanya untuk yang muslim.
Kita tahu bagi seorang muslim
baligh (sampai umur atau pikiran) kewajiban sholat tidak dapat dihindarkan.
Tidak ada alasan untuk tidak menegakkannya. Menurut ketentuan agama, jika tidak mampu
melaksanakan solat dengan berdiri (normal) tetap diwajibkan melaksanakannya dengan
cara duduk saja. Bahkan jika dengan duduk juga tidak mampu, dengan berbaring
atau menelentang saja pun wajib hukumnya.
baligh (sampai umur atau pikiran) kewajiban sholat tidak dapat dihindarkan.
Tidak ada alasan untuk tidak menegakkannya. Menurut ketentuan agama, jika tidak mampu
melaksanakan solat dengan berdiri (normal) tetap diwajibkan melaksanakannya dengan
cara duduk saja. Bahkan jika dengan duduk juga tidak mampu, dengan berbaring
atau menelentang saja pun wajib hukumnya.
Kalau tidak dilaksanakan? Masyaallah,
itu namanya ingkar. Dan neraka telah disediakan untuknya. Siswa –yang saya tanya– ini saya pastikan mengerti ketentuan agama ini. Tapi inilah yang
mengagetkan. Dari beberapa kelas (kebetulan kelas XI dan XII) ternyata jumlah
yang secara sadar dan jujur sholat tidak mencapai 10 % di setiap kelasnya. Bahkan ada satu kelas
saya temukan tidak seorang pun siswanya yang melaksanakan sholat secara rutin
atas kesadaran karena Allah.
itu namanya ingkar. Dan neraka telah disediakan untuknya. Siswa –yang saya tanya– ini saya pastikan mengerti ketentuan agama ini. Tapi inilah yang
mengagetkan. Dari beberapa kelas (kebetulan kelas XI dan XII) ternyata jumlah
yang secara sadar dan jujur sholat tidak mencapai 10 % di setiap kelasnya. Bahkan ada satu kelas
saya temukan tidak seorang pun siswanya yang melaksanakan sholat secara rutin
atas kesadaran karena Allah.
Bayangkan, dalam satu kelas yang
usia siswanya tentu tidak ada lagi yang di bawah 15 (lima belas) tahun, tidak
satu pun yang telah melaksanakan sholat sebagai kewajiban muslimnya. Hitunglah
ada berapa banyak siswa sekolah ini yang ternyata tidak atau belum sholat
dengan benar dan sadar jika diasumsikan hanya 10% yang sholat dari hampir 800
orang siswa. Tidakkah itu berarti hampir semua siswa belum melaksanakan ajaran
agamanya dengan baik?
usia siswanya tentu tidak ada lagi yang di bawah 15 (lima belas) tahun, tidak
satu pun yang telah melaksanakan sholat sebagai kewajiban muslimnya. Hitunglah
ada berapa banyak siswa sekolah ini yang ternyata tidak atau belum sholat
dengan benar dan sadar jika diasumsikan hanya 10% yang sholat dari hampir 800
orang siswa. Tidakkah itu berarti hampir semua siswa belum melaksanakan ajaran
agamanya dengan baik?
Nah, tidaklah berlebihan jika timbul dugaan, jangan-jangan
tingginya pelanggaran disiplin sekolah oleh para siswa dikarenakan memang oleh
kesadaran beragama yang juga masih sangat rendah. Kebiasaan-kebiasaan
melalaikan aturan agama, acuh tak acuh akan pelaksanaa sholat, tidak rutin
membaca atau mempelajari kitab suci (al-quran), dll adalah beberapa contoh
betapa rendahnya kesadaran beragama itu.
tingginya pelanggaran disiplin sekolah oleh para siswa dikarenakan memang oleh
kesadaran beragama yang juga masih sangat rendah. Kebiasaan-kebiasaan
melalaikan aturan agama, acuh tak acuh akan pelaksanaa sholat, tidak rutin
membaca atau mempelajari kitab suci (al-quran), dll adalah beberapa contoh
betapa rendahnya kesadaran beragama itu.
Khusus untuk pelaksanaan sholat,
sekolah sebenarnya telah menyediakan musholla. Tempat berwudhu’ meski belum
cukup namun jika sabar antri tetap bisa berwudhu’ dengan baik. Bahkan untuk
pelaksanaan sholat zuhur dan asar yang kebetulan dilaksanakan dalam waktu
Sekolah malah disediakan waktu lebih berbanding istirahat biasa. Tapi jumlah
siswa yang melaksanakan sangat jauh sedikit berbanding jumlah siswa yang ada.
Untuk sholat jumat yang juga dilaksanakan bersama di sekolah, rasanya jumlah
pesertanya juga sangat sedikit.
sekolah sebenarnya telah menyediakan musholla. Tempat berwudhu’ meski belum
cukup namun jika sabar antri tetap bisa berwudhu’ dengan baik. Bahkan untuk
pelaksanaan sholat zuhur dan asar yang kebetulan dilaksanakan dalam waktu
Sekolah malah disediakan waktu lebih berbanding istirahat biasa. Tapi jumlah
siswa yang melaksanakan sangat jauh sedikit berbanding jumlah siswa yang ada.
Untuk sholat jumat yang juga dilaksanakan bersama di sekolah, rasanya jumlah
pesertanya juga sangat sedikit.
Itu berarti memang sangat banyak
para siswa yang sampai saat ini belum melaksanakan kewajiban beragamanya dengan
baik. Dan jika kewajiban yang ditentukan Tuhan saja tidak atau belum bisa
dilaksanakan dengan penuh kesadaran bagaimana pula dengan peraturan yang hanya
ditentukan oleh manusia seperti tata tertib di sekolah itu?
para siswa yang sampai saat ini belum melaksanakan kewajiban beragamanya dengan
baik. Dan jika kewajiban yang ditentukan Tuhan saja tidak atau belum bisa
dilaksanakan dengan penuh kesadaran bagaimana pula dengan peraturan yang hanya
ditentukan oleh manusia seperti tata tertib di sekolah itu?
Lalu? Perlu semua kita, terutama
para guru dan siswa pioneer yang amalan agamanya sudah baik untuk menjadi
pelopor tidak saja dalam mengamalkan agama, juga tentunya dalam mengamalkan
tata tertib sekolah. Bukankah memberi contoh itu lebih besar pengaruhnya dari
pada sekedar menyuruh, mengajak atau menghimbau? ***
para guru dan siswa pioneer yang amalan agamanya sudah baik untuk menjadi
pelopor tidak saja dalam mengamalkan agama, juga tentunya dalam mengamalkan
tata tertib sekolah. Bukankah memberi contoh itu lebih besar pengaruhnya dari
pada sekedar menyuruh, mengajak atau menghimbau? ***