46 Views

Oleh M. Rasyid Nur

WEBINAR
XI Media Guru Indonesia yang dilaksanakan pada hari Ahad (13/09/2020) kemarin
itu adalah webinar penting yang pernah dilaksanakan oleh Media Guru. Tentu saja
10 webinar sebelumnya adalah webinar terpenting pula bagi kita semua. Temanya
memang selalu berbeda-beda setiap kali ada webinar. Makanya terasa selalu
penting bagi kita untuk setiap webinar.

Webinar
kali ini adalah webinar yang disejalankan dengan lounching buku baru Media Guru
berjudul Pejuang Liaterasi. Buku antologi dari 123 orang penulis yang
dihasilkan bersempena peringatan HUT RI. Itulah sebabnya judulnya juga berbau
perjuangan. Tapi yang menarik juga adalah bahwa pada webinar ini, selain
kesempatan menyerap ilmu dan informasi penting dari Pak CEO, Muhammad Ihsan
–meskipun sekilas—lalu dari Mas Eko, Pimpinan Redaksi Media Guru dan beberapa
pejuang literasi lainnya seperti Bu Wiwik (host) dan Bu Sri Subekti
(moderator), juga yang utama itu adalah tampilnya empat orang nara sumber yang
masing-masing memberikan pencerahan yang begitu penting bagi kita.

Catatan
–ketiga– ini akan menampilkan satu orang lagi dari empat orang narasumber
yang tampil. Pastinya ini sebagai pemotovasi kita dalam memperjuangkan literasi
di Bumi Pertiwi bahkan di dunia. Kita tahu, keempat nara sumber ini tampil
begitu memukau dengan kreasi literasi mereka. Pada tulisan ini saya membuat
catatan dari nara sumber hebat yang tampil kedua yaitu, Ibu Ade Kurniawati, SPd
seorang guru BK (Bimbingan dan Konseling) di SMA Negeri 5 Sijunjung, Sumatera
Barat.

Guru
dan ruangan BK yang konotasinya selalu sebagai guru dan ruangan yang ditakuti
atau dijauhi siswa justeru di tangan Bu Ade sebaliknya. Dia membuat ruangannya
menjadi ruangan yang disenangi dan diminati oleh para siswa. Dengan judul
paparan Merajut Literasi di Ruang BK Bu
Ade menetapkan empat latar belakang yang menjadi dasar pemikirannya
mengembangkan materi ini, yaitu, 1) Ungkap Isi Hati; 2) Game; 3) Miss Persepsi
dan 4) Curhat Lewat Tulisan.

Untuk
pemikiran latar belakang , itu kata Bu Ade begini, disebabkan oleh adanya siswa
yang tidak bisa mengungkapkan isi hatinya maka kemungkin mereka akan melarikan
dirinya ke game. Kemungkinan lainnya adalah miss persepsi yang menyebabkan
siswa berbeda dalam memahami atau menafsirkan sesuatu. Menganggap dirinya
seperti diasingkan. Maka untuk solusi itu Bu Ade memberikan jalan dengan curhat
lewat tulisan berupa tampilan kepustakaan yang dilengkapi dengan buku-buku
motivasi dan inspirasi.

 Di sinilah guru BK ini membuktikan langsung
dengan perjuangan lierasinya. Setelah menjelaskan bahwa ruang BK adalah ruang
yang menyenangkan, anak-anak diajak masuk dan di situ sudah dia sediakan
buku-buku. Itulah buku-buku motivasi dan buku inspirasi yang diharapkan mampu
mempengaruhi pikiran para siswa. Anak-anak diajaknya mengungkapkan perasaannya
melalui tulisan, selain membaca itu sendiri. Inilah awal literasi, membaca dan
menulis.

Ada
kebebasan lain yang juga diterapkan di sini. Anak-anak bebas memilih buku dan
materi yang dia mau untuk dibaca. Tempat membaca juga bisa di dalam ruangan,
bisa juga di luar. Anak-anak juga benar-benar diberi keleluasan untuk berpikir,
menyampaikan curahan hati (curhat)-nya dan saling memotivasi di antara mereka.

Menurut
Ibu Ade, hasil Literasi ala Guru BK ini terbukti, mampu meningkatkan kemampuan
literasi siswa, anak-anak mampu menyampaikan gagasan menarik, mampu juga
menyampaikan isi buku yang mereka baca, dan yang hebat itu mereka mampu
membukukan tulisan mereka. Fakta lain, katanya bahwa dampak dari literasi BK,
ini ternyata kemauan membaca para siswa cukup meningkat. “Sekolah saya itu
membaca menjadi budaya,” kata Bu Ade dalam paparannya. “Siswa tidak lagi merasa
terpaksa membaca,” tambahnya. Nah, ini benar-benar seuatu yang positif di
tengah berita rendahnya tingkat minat membaca anak-anak kita.

Ada
empat kesimpulan yang disampaikan Bu Ade melalui slidenya, 1) Membaca jadi
budaya; 2) Berpikiran positif; 3) Terbitnya buku; dan 4) GLS berkembang. Jika
keempat kesimpulan juga ada di sekolah-sekolah lain, di semua sekolah di Tanah
Air ini, sungguh literasi itu bukan lagi sesuatu yang aneh. Dan ingat, ini
kreasi guru BK. Bagaimana jika guru-guru Mata Pelajaran (MP) lainnya juga
mempunyai kreasi dengan cara lainnya lagi, betapa hebatnya budaya literasi
bangsa kita. Gerakan Literasi Sekolah, 
Gerakan Literasi Keluarga dan Gerakan Literasi Masyarakat yang
bahu-membahu akan menajdikan literasi menjadi budaya bangsa.

Terima
kasih, Bu Ade atas paparannya yang memberikan penerahan kepada kami semua.
Sukses buat Ibu, buat sekolahnya dan buat kita semua. Kita sambut salam bu Ade,
“Salam Literasi, Salam Samangek, Salam Rancak Bana,” Untuk pemberi semangat
kepada kita semua. Salaamm.***

https://mrasyidnur.gurusiana.id/article/2020/09/catatan-webinar-xi-media-guru-indonesia-bag-3-385236

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *