44 Views

SENIN (31/08/2020)
siang saya dan beberapa orang teman berangkat meninggalkan Kota Berazam,
Tanjungbalai Karimun. Kami –utusan Kabupaten Karimun– berangkat dari Pelabuhan
Domestik Tanjungbalai Karimun akan ke Tanjungpinang. Saya (selaku Pengurus
LPTQ) bersama Fahrul Rozi. Lalu –utusan Pemerintah—ada Pak Iwan Dinovri, Pak
Wahyu dan Bu Iin (atas nama Bagian Kesra dan Keagamaan, Setda Kabupaten Karimun)
serta Pak Zamzuri (Kakankemenag Karimun) dengan pimpinan rombongan, Pak
Muhammad Tang (Asisten I). Kami berangkat barengan, naik Kapal Dumai Line 9. Sesuai
rencana, kami akan mengikuti rapat LPTQ Kabupaten se-Kepri di Tanjungpinang.
Persisnya di Aula Kantor Gubernur, Selasa, esoknya.

Inilah perjalanan
menyusuri laut dari Karimun ke Ibu Kota Provinsi Kepri, Tanjungpinang yang saya
rasakan sangat nyaman. Saya tak tahu, apakah teman-teman saya, atau penumpang
lainnya juga merasakan apa yang saya rasakan. Lautnya tenang tanpa gelombang.
Padahal biasanya perjalanan laut berdurasi empat jam lebih, itu selalu ada
cabaran goyangan gelombang saat di kapal. Jadi, rasanya bagaikan berenang tanpa
gelombang.

Bagi saya, bagi kawan-kawan
saya juga –mungkin– perjalanan cukup lama menyusuri laut antara Karimun ke
Tanjungpinang langsung bukanlah pengalaman baru. Jalur Karimun-Tanjungpinang
yang banyak diminati adalah jalur laut (jalur langsung via transit Batam).
Jalur lainnya adalah perjalanan bersambung, Karimun ke Batam melewati jalan
darat. Berhenmti di Pelabuhan Sekupang lalu naik mobil ke Pelabuhan Punggur
(satu jam lebih) untuk menyeberang laut kembali ke Tanjungpinang.

Catatan penting yang
saya rasakan dalam perjalanan kali ini adalah bersahabatnya kaut. Peribahasa
‘Laut Sakti Rantau Bertuah’ yang salah satu kesaktian itu adalah gelombang laut
yang menakutkan, alhamdulilah kali ini tidak ada. Bergerak dari Pelabuhan Tanjungbalai
menuju Batam, lalu melanjutkan menyusuri laut Batam (Sekupang) ke Tanjungpinang
alhamdulilah kami merasa tenang dan nyaman.

Terima kasih, ya Allah.
Itulah ucapan yang ingin kami ucapkan untuk perjalanan kali ini. Membayangkan
pengalaman waktu-waktu sebelumnya yang penuh gelombang laut, tentu saja kami
sangat puas kali ini. Berangkat pukul 13.40 dari Karimun, kami merapat di
Pelabuhan Sri Bintan, Tanjungpinang sekitar 17.30. Perjalanan yang lumayan
melelahkan.

Jika kembalinya kami
tetap menggunakan jalur laut langsung, harapan saya semoga nantinya juga nyaman
tanpa gelombang. Meskipun gelombang laut juga sebuah kenikmatan tersendiri
berada di dalam kapal laut yang berukuran besar, tetaplah mengkhawatirkan kita
sebagai penumpang. Jika harus memilih, berenang (menyerbang) tanpa gelombang
pasti lebih menenangkan. Tentu saja sensasi gelombang tidak dapat
dirasakan.*””

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *