46 Views

Oleh Mochammad Nasrudin

INI adalah pertanyaan –lanjutan– dari teman itu kepada saya via WA. Saya tuliskan utuh tulisannya di halaman ini. Katanya begini,
Apakah orang yg berhutang itu
tak termasuk orang yg fakir?
tapi klu orangnya mampu ya silakan aja

Yang namanya kredit apakah itu mobil atau motor klu sudah
melalui bank atau finance itu riba (maaf bukan menggurui, mungkin anda lebih
tahu dari saya)

Maaf..saya bukan menghalangi orang melaksanakan perintah
Allah, bahkan saya senang orang pergi berhaji atau Umrah tapi klu dapat jangan
dg melaksanakan suatu ibadah timbul masalah yg baru.

Kembali saya menjawab begini,
Tidak semua orang berutang
dianggap fakir, sebab bisa jadi karena kesalahan orientasi hidup dan gaya hidup yang
mewah untuk dunia,  sehingga ia seolah tidak memiliki
kemampuan untuk menuju Baitulloh. Kemampuannya tersedot untuk kebutuhan nafsu dunianya. Silakan Anda baca kitab Mawahib Al-Jalil juz 7. Di situ
dijelaskan tentang kondisi dan syarat orang dibolehkan berhaji/ umroh.  Kurang lebih bunyi redaksinya begini:  Man la yumkinuhu al wushulu ilal Makkah bian
la yastadiina maalan fi dzimmihi wa la jihaata wafain,  fainnal hajji la yajibu alaihi liadamis
titho’ihi. Wa amma man lahu jihatu wafaain, wa hua mustati’……
.
Artinya, “Barang siapa yang tidak mungkin sampai ke Mekkah kecuali dengan cara
berutang,  namun ia tidak memiliki
kemampuan untuk membayar,  maka haji/
umroh tidak wajib atasnya karena ketidakmampuannya. 
Akan tetapi jika ia memiliki kemampuan untuk membayar, baik cash maupun
mengangsur,  maka ia tergolong orang yang
mampu. Maka berlaku hukum wajib baginya untuk hudzur ke Baitulloh minimal sekali
seumur hidupnya.  Sebagaimana Alloh
perintahkan dalam surat Ali Imron 97.
Yang kedua,  tidak semua
kredit bank itu masuk kategori ribawi. Di sinilah perlunya membedah ilmu fiqih
tidak cukup dari kulitnya tapi mesti dikupas sampai kedalam, Kondisi per kondisi.
Riba atau tidak, kuncinya terletak di akad dan jenis utangnya. Kalau kita pinjam
uang untuk berangkat umroh,  ini jelas
riba,  karena uang tidak boleh mengalami
penambahan nilai dengan cara utang. Tapi kalau transaksinya jual-beli sehingga ada
penambahan nilai itu sah dalam agama. 
Wa ahallallohulbai’a. waharromarriba.

Jual beli tentu ada barangnya. Lalu apa barangnya?  Barangnya
adalah ticket pesawat,  hotel,  makan, 
dan lainnya yang masuk dalam paket perjalanannya. Bukan umrohnya.  Seperti saya sebutkan di tulisan awal,  umroh itu gratis.  Yang bayar adalah perjalanan ke sana karena
jaraknya jauh. Klo kita mampu datang ke sana dengan berjalan kaki, silakan saja dan
itu sah dan tergolong mampu sebagaimana yang dilakukan Uwais Al-Qorni berjalan kaki
dari Yaman menuju Baitulloh. Bahkan  dengan menggendong ibunya. Atau seperti terjadi di musim haji
tahun ini, berjalan kaki dari Bosnia ke Baitulloh. 

Jadi, istithoa’ itu ukurannya bukan uang tapi tekad
kita. Karena nyatanya banyak orang kaya namun belum juga sampai ke Baitulloh. Sebaliknya banyak orang hidup pas-pasan bahkan ada
pemulung bisa berangkat haji tahun ini. 
Maka sebaik-baik bekal adalah taqwa, 
bukan uang. Watazawwadu fainna khoiro zadittaqwa.

Umat Rosululloh bermcam macam.  tidak semua umat nabi karakternya seperti Anda
yang mampu bayar cash ketika melakukan perjalanan ke Baitulloh. Namun ada juga yang
untuk menabung di depan ia kesulitan karena terus diganggu dengan kebutuhan macam-macam yang
bersifat duniawi.  

Ini memang nyata
gangguan syetan yang terus mengalang-alangi hambah Allah untuk sampai ke Baitulloh dengan berbagai alasannya. Ada yang alasan merasa ga mampu padahal
mampu.  Ada yang beralasan anak,  ada yang beralasan orang tua sakit dan lainnya.  Karena pahala orang yang beribadah haji / umroh
adalah diampuni dosa dosanya dan syurga balasannya,  maka inilah asbab syetan akan terus mengalangi
manusia untuk bisa sampai ke Baitulloh.

Namun kalau ia menabung di belakang (kredit.ed) kebanyakan orang Indonesia
mampu.  Makanya tidak banyak orang mampu beli
motor cash,  tapi mereka mampu kalau membayar secara
angsur sampai lunas.  Nah, tentunya kalau untuk
kredit motor,  mobil, rumah sanggup,
harusnya untuk hadir ke rumah Allah sanggup juga. 
Sampai kapan kita mensyukuri nikmat pemberian Allah,  kalau terus sibuk dengan perkara duniawi? (bersambung)

Nasrudin
HP/ WA: 081266557203
Monas Inspire

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *