HARI Ahad (22/11/2020) itu cuaca di Karimun, setidak-tidaknya di sekitar kampung saya, sedikit mendung. Tapi bagi saya dan semua anggota Media Guru Indonesia (MGI)
yang sudah bersiap untuk ikut Webinar TNGP (Temu Nasional Guru Penulis) hari ini pasti tidak merasa mendung hatinya. Webinar
hari ini adalah Webinar kedua dari rencana lima Webinar TNGP MGI, setelah
kemarin Sabtu (21/11/2020) dilaksanakan Webinar pertama. Insyaallah masih ada tiga kali webinar lagi, 25, 28 dan 29 bulan ini. Tema Webinar kedua hari ini
adalah “Rahasia Best Seller Buku Indi’.
pukul 11.35 sebagaimana saya lihat di jam dinding di kamar saya. Tapi saya tidak masuk ruangan (zoom) karena mengikuti kegiatan ini sambil juga ada kegiatan lain. Yang penting dapat menyimak dengan utuh. Dengan dipandu oleh Ibu Pipit Pudji Astutik, M Pd, MM, seorang
Instruktur Nasional Media Guru dan didampingi Mas Syaiful Rahman acara yang
sudah ditunggu-tunggu oleh keluarga besar Media Guru berlangsung meriah,
riah-riah.
MGI, Mohammad Ihsan. dalam sambutannya mengatakan pentingnya guru, selain menulis dan menerbitkan buku, juga harus mampu memasarkannya. Jadikan buku itu menjadi uang yang merupakan hasil investasi ilmu kita. Untuk itu hargai buku teman-teman kita dengan membelinya.
dengan cara membeli. Jangan punya mental gratisan”. Kita setuju, kita tidak hanya mau dapat buku gratisan. Kita hargai dengan membeli karya teman-teman kita. Tentu saja dengan guru membayar sesama guru, akan muncul saling mengapresiasi produk dan karya intelektual kita. Selain itu akan menjadi kekuatan dan motivasi untuk semakin produktif. Itu sedikit catatan saya tentang sambutan Pak CEO yang sangat memotivasi kita. Dan masih sangat banyak hal yang disampaikannya kepada kita. Silakan ulang simak di chanel YouTobe Media Guru.
narasumber yang bukunya bisa menjadi best seller. Mereka sudah pasti mempunyai kiat-kiat atau jurus tersendiri bagaimana bukunya bisa laku dan menghasilkan fulus. Keempat narsum hari ini adalah, 1) Ibu Yunita Kwartarani, M.Pd Guru SDI Al Ikhlas Jakarta Selatan; 2) Ibu Lilik Fatkhu Diniyah, Guru MI Al Iman Kota Magelang; 3) Drs. Seh Muli Pinem, M.Pd. Kasi Kurikulum SMP Dinas Pendidikan Kab. Deli Serdang; 4) Suhud Rois, Guru Sekolah Peradaban Insan Mulia, Cimahi. Kita akan ulang catat paparan mereka berikut.
Narsum pertama, Ibu Yunita Kwartarani, M.Pd Guru SDI Al Ikhlas
Jakarta Selatan. Dalam paparannya, Bu Yunita menjelaskan bahwa bukunya menjadi best seller, itu bermula dari
pengalaman kesehariannya dari curhatan-curhatan dengan teman-teman dan siswa-siswinya. Para teman dan anak-didik inilah yang banyak membaca bukunya. Itu salah satunya.
Kiat lain, kata Bu Yunita, kita harus menulis cerita yang
bisa membuat orang bangkit dari keterpurukannya, misalnya. Mataeri-materi yang diperlukan orang, pasti saja akan dicari oleh orang. Dan buku kita akan laku keras, katanya. Dan kiat lain yang juga disampaikan Bu Yunita adalah dengan mempromosikan
melalui media sosial. Di Media Guru juga ada medsos kita (FB MGI) yang anggotanya hampir 80 ribu. Itu pasar potensial, tentunya.
Diniyah yang sehari-hari sebagai Guru MI Al Iman Kota Magelang. Menurut Bu Lilik, untuk penulis pemula hendaknya luruskan niat terlebih dulu. Katanya, “Niatkan menulis dengan tulus untuk berbagi, Kalau kita niat tulus ihlas insyaallah akan memberikan jalan kemudahan bagi kita.” Bu Lilik juga mengatakan bahwa isi buku itu hendaklah yang menginspirasi.
Dan yang paling tepat untuk pemula yaitu menulis memoar. Mengapa kok memoar?. Karena orang akan lebih tertarik dan penasaran. Memoar juga tidak selalu
membutuhkan referensi, sebagaimana buku ilmiah lainnya. Begitu katanya.
public figure saat menyerahkan buku akan menjadi satu promosi tersendiri. 2). Menjalin
komunikasi yang baik dengan siapapun. Berbagi ilmu dan pengalaman secara ihlas sehingga bisa
diundang sebagai nara sumber di mana-mana. 3). Menggunakan buku sebagai bahan
pelatihan dan bahan diskusi dimana-mana. Dan amsih banyak yang disampaikan Bu Lilik. Pastinya ada di chanel YouTobe kita, Media Guru.
M.Pd. Jabatan sehari-harinya adalah Kasi Kurikulum SMP Dinas Pendidikan Kab. Deli Serdang. Buku yang menjadi
best seller belyau berjudul MeSRA di Sekolah, yang dia tulis berdasarkan
pengalaman yang diterapkan sehari-hari di sekolah. Menurutnya buku ini menjadi best seller bermula dengan disampaikan dari mulut ke mulut, misalnya saat
rapat K3S (Kelompok Kerja Kepala Sekolah), MGMP, dalam rapat organisasi atau
komunitas tertentu. Singkatnya agar buku bisa best seller menurut melakukan komunikasi terutama di komunitas kita terlabih dahulu.
Suhud Rois –dengan mengutip pendapat seseorang– menulis itu adalah transfer perasaan, karena itu itu tulislah buku
yang bergizi. Lantas bagaimana agar buku bisa menjadi best seller? Kunci awalnya, katanya harus diapstikan bahwa isi buku kita adalah hal penting. Itu adalah perasaan sebenarnya.
Untuk langkah-langkah lain yang dia lakukan antara lain, 1). Membagikan buku secara gratis
kepada teman-teman atau komunitas, bahkan kepada orang yang tak kenal. Ini juga dilakukan narsum sebelumnya. 2). Menjadikan
buku sebagai hadiah. 3. Ikut terlibat dalam even-even seumpama ikut pameran buku, dst
4. Memposting testimony dari berbagai kalangan. Dan tentu saja masih banyak langkah lainnya. Initinya, bagaimana buku bisa dinikmati oleh orang lain. Pembaca itu bukan mencari tampilan buku, tapi isi buku. Jadi, benar pernyataan Pak Suhud bahwa isi buku lebih penting. Buatlah buku yang bergizi, menginspirasi. Pasti dicari. Begitulah dia menutup paparannya.
Sesungguhnya, jika kandungan Webinar ini kita catat lebih jlimet tentu saja sangat panjang catatan ini. Namun, dengan sesederhana ini saja sudah begitu banyak yang dapat kita ingat dan kita serap materinya. Maka, jika ingin lebih lengkap, sekali lagi saya mengajak, mari kita ulang tonton chanel YouTobe Media Guru tentang TNGP 2020 ini.