37 Views
Oleh M. Rasyid Nur
MEMBACA setiap hari? Ya, itu harus, mestinya.
Hendaknya menjadi salah satu kewajiban, kewajiban pribadi, kewajiban kita
masing-masing diri. Bukan membaca sekadar isengan atau sekadar mengisi hari dan
waktu kosong yang dianggap tak berarti. Sejatinya, bukan membaca karena
menganggap waktu yang karena tiada kerja. Membaca, ya membaca karena memang
sudah dalam rencana. Bukan karena sisa waktu.
Hendaknya menjadi salah satu kewajiban, kewajiban pribadi, kewajiban kita
masing-masing diri. Bukan membaca sekadar isengan atau sekadar mengisi hari dan
waktu kosong yang dianggap tak berarti. Sejatinya, bukan membaca karena
menganggap waktu yang karena tiada kerja. Membaca, ya membaca karena memang
sudah dalam rencana. Bukan karena sisa waktu.
Tapi apakah sudah begitu? Nyatanya,
memang belum juga begitu. Tak usah bertanya ke kanan-kiri. Tanya saja diri sendiri,
jawabnya seragam: kita malas membaca. Kita belum menjadikan membaca sebagai
kewajiban pribadi yang diatur dan waktunya diatur tersendiri. Jangankan
diwajibkan sebagai sebuah kewajiban, sekadar mengisi waktu kosong saja juga
ternyata belum terealisasi.
memang belum juga begitu. Tak usah bertanya ke kanan-kiri. Tanya saja diri sendiri,
jawabnya seragam: kita malas membaca. Kita belum menjadikan membaca sebagai
kewajiban pribadi yang diatur dan waktunya diatur tersendiri. Jangankan
diwajibkan sebagai sebuah kewajiban, sekadar mengisi waktu kosong saja juga
ternyata belum terealisasi.
Banyak info data dan fakta yang
mendukung kesimpulan ini. Kita (bangsa kita secara umum) konon masih sangat
sedikit yang menjadikan membaca sebagai kegiatan rutin tertata rapi sebagaimana
orang bekerja untuk mencari rezeki. Membaca, begitu rendah tingkat kemauan dan
kenyataan pelaksanaannya. Kita masih berada pada posisi paling belakang di
antara negara-negara yang ada dalam sikap dan kemauan membaca. Bayangkan, 62
negara yang disurvei, Indonesia masih berada pada angka 61. Sedih? Itu hasil
survei.
mendukung kesimpulan ini. Kita (bangsa kita secara umum) konon masih sangat
sedikit yang menjadikan membaca sebagai kegiatan rutin tertata rapi sebagaimana
orang bekerja untuk mencari rezeki. Membaca, begitu rendah tingkat kemauan dan
kenyataan pelaksanaannya. Kita masih berada pada posisi paling belakang di
antara negara-negara yang ada dalam sikap dan kemauan membaca. Bayangkan, 62
negara yang disurvei, Indonesia masih berada pada angka 61. Sedih? Itu hasil
survei.
Sudah saatnya berubah. Menjalani
masa libur sekolah ini, guru dan siswa tentu memiliki waktu yang lumayan banyak
untuk mengubah ini. Maksudnya mengubah sikap anti membaca dengan sikap ingin
membaca. Selalu menggunakan waktu untuk membaca. Waktu-waktu yang kita maksud
tentu saja waktu-waktu yang tidak mengganggu waktu-waktu yang sudah
diperuntukkan untuk kerja-kerja lain. Maka membacalah setiap hari.
masa libur sekolah ini, guru dan siswa tentu memiliki waktu yang lumayan banyak
untuk mengubah ini. Maksudnya mengubah sikap anti membaca dengan sikap ingin
membaca. Selalu menggunakan waktu untuk membaca. Waktu-waktu yang kita maksud
tentu saja waktu-waktu yang tidak mengganggu waktu-waktu yang sudah
diperuntukkan untuk kerja-kerja lain. Maka membacalah setiap hari.
Membaca setiap hari, maksudnya tentu
bukan setiap hari dengan alokasi waktu yang sedikit sekali. Misalnya, saban
pagi dalam lima menit saja lalu berhenti. Itu terlalu sedikit. Alokasikanlah
lebih banyak dari pada sekadar isengan itu. Sesungguhnya tanpa libur sekolah
pun, kita masih tetap mengalokasikan waktu kita untuk membaca. Seperti kita
(muslim) mengolakasikan waktunya untuk membaca alquran. Mungkin jadwal rutinnya
setiap selesai solat selama kurang-lebih 30 menit atau kurang dari itu. Jika
pun tidak setiap waktu solat, sekurang-kurangnya rutin per solat magrib dan
subuh, artinya ada dua kali jadwal rutin membacanya.
bukan setiap hari dengan alokasi waktu yang sedikit sekali. Misalnya, saban
pagi dalam lima menit saja lalu berhenti. Itu terlalu sedikit. Alokasikanlah
lebih banyak dari pada sekadar isengan itu. Sesungguhnya tanpa libur sekolah
pun, kita masih tetap mengalokasikan waktu kita untuk membaca. Seperti kita
(muslim) mengolakasikan waktunya untuk membaca alquran. Mungkin jadwal rutinnya
setiap selesai solat selama kurang-lebih 30 menit atau kurang dari itu. Jika
pun tidak setiap waktu solat, sekurang-kurangnya rutin per solat magrib dan
subuh, artinya ada dua kali jadwal rutin membacanya.
Membaca tulisan, artikel atau buku
apa saja sebagai bagian rutin jadwal membaca mestinya juga dijadwal seperti
membaca alquran, misalnya. Waktu-waktunya juga bisa fleksibel, kapan saja. Intinya
membaca itu haruslah sebagai bagian hidup kita sehari-hari. Dan jika kita
bepergian dengan jeda waktu kosong sering banyak, isilah waktu untuk membaca.
Tidak lagi bercerita ke sana-sini seperti kebanyakan orang kita kalau
bepergian.
apa saja sebagai bagian rutin jadwal membaca mestinya juga dijadwal seperti
membaca alquran, misalnya. Waktu-waktunya juga bisa fleksibel, kapan saja. Intinya
membaca itu haruslah sebagai bagian hidup kita sehari-hari. Dan jika kita
bepergian dengan jeda waktu kosong sering banyak, isilah waktu untuk membaca.
Tidak lagi bercerita ke sana-sini seperti kebanyakan orang kita kalau
bepergian.
Itu adalah sisi waktu yang menjadi
dasar untuk menajdikan rutinitas membaca sebagai sebuah kegiatan. Apapun bisa
kita baca dalam waktu yang sudah kita sediakan untuk itu. Kita akan terus
ingat, jika waktunya membaca maka kita akan membaca. Ini seperti kita meminum obat juga.
Tiba masanya, kita melakukannya. Dan enaknya saat ini, bahan bacaan itu begitu melimpah.
dasar untuk menajdikan rutinitas membaca sebagai sebuah kegiatan. Apapun bisa
kita baca dalam waktu yang sudah kita sediakan untuk itu. Kita akan terus
ingat, jika waktunya membaca maka kita akan membaca. Ini seperti kita meminum obat juga.
Tiba masanya, kita melakukannya. Dan enaknya saat ini, bahan bacaan itu begitu melimpah.
Tentang patokan, jika tidak lamanya waktu yang
menjadi patokan, maka pakailah patokan isi atau materi sebagai dasar menentukan
berapa banyak atau berapa lama kita membaca. Katakanlah setiap periode per hari
kita wajib membaca satu atau dua bagian buku atau media bacaan lainnya, maka
wajibkanlah patokan itu kepada diri kita.
menjadi patokan, maka pakailah patokan isi atau materi sebagai dasar menentukan
berapa banyak atau berapa lama kita membaca. Katakanlah setiap periode per hari
kita wajib membaca satu atau dua bagian buku atau media bacaan lainnya, maka
wajibkanlah patokan itu kepada diri kita.
Membaca itu penting karena akan
terus terbarukannya informasi yang kita ketahui. Tapi informasi akan terhenti
jika tidak disampaikan lagi kepada orang-orang di kanan-kiri atau orang-orang
dimanapun yang ingin mengetahui. Maka berbicaralah atau menulislah dari apa
yang kita ketahui. Membaca dan menulis adalah dua aktifitas literasi yang
sangat penting dalam perkembangan dan kemajuan informasi. Dan informasi adalah
kebutuhan pokok yang saat ini statusnya sudah sama dengan kebutuhan makan dan
minum. Bisakah?
terus terbarukannya informasi yang kita ketahui. Tapi informasi akan terhenti
jika tidak disampaikan lagi kepada orang-orang di kanan-kiri atau orang-orang
dimanapun yang ingin mengetahui. Maka berbicaralah atau menulislah dari apa
yang kita ketahui. Membaca dan menulis adalah dua aktifitas literasi yang
sangat penting dalam perkembangan dan kemajuan informasi. Dan informasi adalah
kebutuhan pokok yang saat ini statusnya sudah sama dengan kebutuhan makan dan
minum. Bisakah?
Baca artikel yang sama di:
https://mrasyidnur.blogspot.com/2017/12/perbarukan-informasi-dengan-membaca.html