9 Views
INI kisah nyata yang dialami oleh Bang Asrizal Nur yang lebih dikenal dengan Asnur. Pimpinan Perruas (Perkumpulan Rumah Seni Asnur), itu mengisahkan ini di salah satu grup WA, Grup Lolos Pantun Budaya. Catatan yang ditulis langsung oleh Bang ASnur itu dikirim lagi seorang teman, Nensyi dan saya membacanya. Sungguh ini sebuah keajaiban dan perlindungan langsung dari Allah.
Di saat semua keluarga penumpang Sriwijaya dengan nomor penerbangan 182 berduka karena keluarga mereka mengalami kecelakaan pesawat udara Sabtu (09/01/2021) kemarin, ada satu kisah nyata yang membuat kita haru, syahdu meskipun tetap ikut sedih atas musibah itu. Keluarga itu bersyukur karena sejatinya dia ikut bersama pesawat itu pada penerbangan yang sama. Pertolongan Tuhanlah yang mengelakkan keluarga ini dari kecelakaan tersebut.
Seperti ditulis langsung oleh Bang Asnur, dia membuka kalimat catatannya dengan, “Alhamdulilah akhirnya Allah menolong sekeluarga, kalau tidak tentu kita tidak bertemu lagi,” tulisanya di WA Grup yang kami peserta penulis Pantun Mutiara Budaya Indonesia ada di dalamnya. Saya ingin meneruskan catatan ini kepada kita, kepada siapa saja yang mudah-mudahan bisa menajdi iktibar. Selengkapnya, catatan Bang Asnur begini:
Tgl 7 Januari kami berniat sekeluarga ke Pontianak, Kalimantan Barat, berencana bertemu anak paling besar kami yang beberapa tahun di Pontianak. Di samping itu untuk menghadiri undangan dari para guru sebagai narasumber.
Tiket pesawat sudah dibeli, kami berempat, istri, saya dan 2 anak gadis kami yang cantik pun mengurus Rapid Tes dan antigen, mengatakan kepada Klinik bahwa kami akan ke Pontianak. Tidak ada keterangan apa pun dari klinik sehingga kami merasa rapid tes dan antigen sudah cukup.
Setelah kami dapatkan Rapit tes dan antigen itu dg biaya hampir 300.000 per orang kami pun ke bandara dengan rasa bahagia akan bertemu anak dan keluarga di Pontianak.
Sesampai di airport di saat masuk kami diperiksa, ternyata Rapit tes dan antigen itu tidak lengkap harus urus yg namanya Swap PCR , kami disuruh komunikasikan di maskapai. Hampir 1 jam mengurus di maskapai kami pun tetap tidak dizinkan masuk pesawat, hampir puluhan orang bernasib sama, di antaranya para ibu yg tak cukup uang untuk mengurus SWAB PCR itu.
Pesawat pun sudah terbang, kami gagal hari itu ke Pontianak, Putri Thania anak saya sempat marah2.. “Inilah terakhir kali kita naik LION AIR tidak profesional, nanti kita naik SRIWIJAYA saja.” katanya
Lalu kami pun mengurus SWab PCr , ternyata mahal sekali, bila 24 jam maka biayabya bisa sejuta perorang bila 2×24 Jam Rp.800.000
Kamipun berunding , Putri mengusulkan kita ambil yg 2x 24 jam saja , berangkat *tgl 9 Januari naik SRIWIJAYA, karena SWab PCr itu selesai pukul 11.00 atau 12.00WIB kita naik pesawat yg pukul 13.00 WIb*
Saya langsung mengiyakan, tapi istri saya sudah tidak semangat, tapi anak perempuan bernama hoki tetap ingin ke Pontianak.
Setelah berpikir sejenak, lalu saya memutuskan, “Sudahlah, kita batalkan saja ke Pontianak, pertama biayanya mahal karena kita harus tidur di hotel sekitar, hotel biaya lagi, bagaimana kalau hasilnya tak sesuai di harapkan. Pasti ada hikmah dari ini semua. Misal kalau paksakan berangkat juga, akan terjadi sesuatu yg tak baik bagi kita.” sekeluarga .
Akhirnya setelah terdampar 4 jam di bandara kami pun pulang. Dan hari ini kami dengar kabar, pesawat SRIWIJAYA yang hendak kami tumpangi mengalami musibah, hilang tak ditemukan. Sujud syukur kepadaMu ya Allah yang telah menyelamatkan kami, aamin.
Saya menyalin (copas) semua catatannya itu agar tidak dianggap itu catatan saya dengan judul baru dari saya sendiri. Saya, sekali lagi hanya ingin kiranya kejadian seperti ini menajdi iktibar dan pelajaran kita. Kita akan semakin kuat meyakini bahwa hidup kita ini memang ada yang ementukannya. Jika Sang Penentu sudah menentukan, maka kita akan mengikuti saja ketentuan itu. Semoga kita semakin kuat dalam keyakinan kita.***