ANDAKAH yang merasakan atau Anda menyaksikan? Mungkin salah satu. Atau tidak sama sekali. Tidak pernah melihat atau mendengar kasus ini: perang kepentingan anak di rumah dan anak di sekolah. Anak di rumah maksudnya anak sendiri sedangkan anak di sekolah maksudnya anak murid atau siswa kita. Ini artinya kita adalah seorang guru.
Maksud perang di sini adalah ketika pada waktu bersamaan kita sebagai guru harusnya berada di sekolah sementara di waktu itu pula anak di rumah juga memerlukan kita. Kita harus di sekolah karena ada jadwal tugas atau jadwal mengajar. Atau sekurang-kurangnya, karena status sebagai seorang pegawai yang mewajibkan kita berada di sekolah dari jam tertentu hingga jam tertentu untuk memenuhi jam wajib sebagai seorang pagawai.
Di waktu yang sama kita harus pula di rumah. Seorang guru yang mempunyai seorang anak kecil (balita, misalnya) atau umur tertentu yang memang masih memerlukan ibunya dalam setiap jam tertentu, tentu saja guru ini harus berada di rumah pada saat seperti itu. Di sisi lain dia wajib pula berada di sekolah karena kewajibannhya sebagai seorang guru. Bagaimana?
Di sinilah akan terjadi perang kepentingan, antara kepentingan anak di sekolah dengan anak di rumah. Anak di sekolah kepentingannya karena terikat oleh kewajiban sesuai jadwal atau jam mengajar. Sementara di rumah juga diperlukan oleh anak sendiri yang masih memerlukan pelayanan dari ibundanya. Bagaimana menyiasatinya?
Sesungguhnya situasi ini tidak harus menjadi sebuah peperangan pada perasaan kita. Jika keperluan anak di rumah itu bukan karena mendadak, maka sesungguhnya kita dapat mengaturnya sedemikian rupa. Sebutlah karena masih menyusukan bayi, tinggal menyesuaikan jadwal mengajar dengan jadwal menyusukan anak itu. Tidak ada masalah di sini. Artinya tidak ada perang di sini.
Perang sesungguhnya hanyalah ketika kita dengan alasan mengurus anak di rumah lalu mengorbankan anak di sekolah. Tidak mengisi jadwal pelajaran atau jam mengajar dengan alasan mengurus anak di rumah. Kalau keperluan anak di rumah sifatnya mendadak (karena sakit) ini dapat dimaklumi. Tapi jika mengurus anak yang sesungguhnhya dapat diatur di luar jam mengajar, maka tidak perlu mengorbankan anak di sekolah. Tinggal diatur saja.***