Melihat Pelaksanaan Manasik Gladi Posko JCH Karimun (3)

Catatan M. Rasyid Nur
UNTUK keperluan manasik Gladi Posko, panitia menetapkan
beberapa lokasi sebagai miniatur lokasi di Tanah Suci. Rumah Kediaman (Rumah
Dinas) Bupati, misalnya ditetapkan sebagai Madinah (Nabawi dan Hotel) tempat
para JCH bergerak ke Mekkah setelah dibayangkan para JCH sudah berada di sini
selama 8-9 hari. Pagi Ahad (05/06/2022) itu, setelah seremoni acara pelepasan
oleh Wakil Bupati, H. Anwar Hasyim panitia memberikan pengarahan kepada JCH.
Pengarahan, itu antara lain menjelaskan para JCH saat ini sudah keluar dari
hotel dengan berpakaian ihram setelah sebelumnya di hotel melaksanakan beberapa
amalan seperti mandi, solat sunat, memotong kuku, dll. Sebentar lagi akan masuk
ke mobil (bus) yang sudah disediakan panitia. Tentu saja akan menuju ke Mekkah
dengan mengambil miqatnya di Bir Ali.

Lokasi miqat (Bier Ali) sendiri ditetapkan di Masjid
Baiturrahman, sebuah masjid setara Masjid Agung yang dikelola oleh Pemda
Kabupaten. Masjid ini adalah satu diantara tiga masjid yang dikelola dan
dibiayai operasionalnya oleh Pemda Karimun. Dua lainnya adalah Masjid Agung
(masjid kabupaten) dan Masjid Hijir Ismail di Pulau Kundur yang juga setara
Masjid Agung. Masjid Baiturrahman berjarak kurang lebih satu setengah km dari
Rumah Dinas Bupati. Empat buah bus yang akan mengangkut para JCH yang akan
bergerak ke sana sudah stanbay di halaman depan rumah kediaman bupati. Setiap
satu bus diisi dua regu JCH dengan didampingi oleh dua orang panitia (seolah-olah
sebagai petugas haji) yang memberikan arahan dan bimbingan kepada JCH selama
dalam perjalanan. Diingatkan untuk membaca doa naik kendaraan hingga
mengingatkan ihram yang benar.

Di Masjid Baiturrahman para JCH langsung masuk masjid dan di
sini ada nara sumber yang ditentukan untuk memberikan pengarahan dan penjelasan
tentang kegiatan-kegiatan apa saja yang harus dan akan dilaksanakan di Bier
Ali. Seperti di rumah kediaman (miniatur nabawi/ hotel) ada seorang yang
menjadi pemandu (narasumber), maka di Bier Ali (Masjid Baiturrahman) juga ada
pengurus IPHI yang diamanahkan menjadi narasumber. Dan di setiap titik (di
Arafah, Muzdalifah, Mina, dll) juga ada narasumber yang akan memberikan
pengarahan.

Selesai penjelasan di Masjid Baiturrahman (Bier Ali), perjalanan
dilanjutkan ke Gedung Balai Pertemuan Haji Kabupeten yang diminiaturkan menjadi
Mekkah (Alharam, Ka’bah dan Mas’a). Para JCH diberi bimbingan untuk
melaksanakan kegiatan ‘umroh wajib’ berupa thowaf, sa’i dan tahallul. Tentu
saja, ketika bus akan masuk kawasan Balai Pertemuan Haji yang ditetapkan
sebagai kawasan Mekkah, maka pada batas tertrntu dalam bus para JCH diingatkan
untuk membaca doa masuk Mekkah. Lalu ada doa ke Masjid Haram serta doa ketika
pertama kali melihat kabah. Semua itu dipraktikkan sebagaimana nanti akan
dilaksanakan di Tanah Suci.

Prkatik berikutnya adalah bersiap untuk wukuf. Dari hotel di
Mekkah (masih di sekitar Balai Haji) para JCH akan dibawa ke lokasi Padang
Arafah menggunakan bus yang sama. Panitia menetapkan lokasi Pesantren Mutawally
yang tidak terlalu jauh dari Balai Haji sebagai miniatur Padang Arafah. Duduk
dalam ruang aula pesantren tersebut, para JCH diberi pengarahan oleh narasumber
lainnya. Apa dan bagaimana seharusnya di Arafah, itulah yang diarahkan. Seperti
apa Padang Arafah dengan tenda-tendanya, suka-dukanya, semuanya dijelaskan
kepada calon haji ini. Dan setelah praktik khutbah dan lainnya, perjalanan
diteruskan ke Muzdalifah yang mengambil tempat di halaman Kantor KUA Tebing.
Kebetulan di halamannya ada banyak batu kerikil, para JCH diminta memungut batu
sejumlah yang sudah ditentukan untuk melontar nantinya di Mina.

Bagian terakhir dari manasik haji Gladi Posko ini adalah
kembali ke Mekkah pasca melontar tersebut. Masih ada rukun dan wajib haji yang
harus diselesaikan di Masjid Haram dan di sekitarnya, thowaf, sa’i dan lainnya
sebagaimana sudah diajarkan pada saat manasik secara teori. Kesemua itu
diingatkan dan dipraktikkan pada saat manasik Gladi Posko ini. Bagi panitia
(pengrus IPHI) yang nota bene sudah melalui semua itu, tentu saja akan
terbayang kembali pengalaman yang pernah dilalui waktu itu. Sementara bagi para
JCH semoga saja pengalaman manasik Gladi Posko ini memudahkan mereka untuk
mengingat apa yang nanti akan dilakukan di Tanah Suci selama menunaikan ibadah
haji.***

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *