ADA yang khas dalam setiap Ramadhan. Meningkatnya animo kita (muslim) dalam beribadah. Ada kecenderungan menungkatnya volume ibadah kita seiring dengan datangnya Ramadhan. Tentu saja itu hal lazim yang disebabkan harapan pahala yang berlipat ganda yang disedikan bagi muslim yang ikhlas melakukannya.
Seorang muslim memahami bahwa ajaran agama ini mengandung nilai-nilai motivasi dan kemajuan yang jika diaktualisasikan akan membentuk muslim menjadi pribadi yang utama dan hidup dalam kebahagiaan sejati di dunia dan akhirat. Lazimnya pada Ramadhan akutualisasi itu selalu mampu dibuktikan.
Mengutip Guru Besar Ilmu Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof Abdul Mu’ti sebagaimana dirilis republika dan kutip ulang hajinews.id hari Senin (03/05/2021) Prof. Mu’ti mengatakan, salah satu ajaran dan nilai kemajuan dalam Islam adalah beramal saleh dalam segala bidang kehidupan.
Amal saleh adalah perwujudan iman dan keyakinan seseorang dalam beragama. Jadi, kedua istilah tersebut (amal saleh dan iman) terkait erat, bahkan tidak bisa dipisahkan. Di dalam Alquran kita juga banyak menemukan penggandengan kata iman dengan amal saleh. Amal saleh terjadi dan dibuktikan seseorang adalah karena adanya iman. Begitu Prof. Mu’ti menjelaskan.
Membicarakan prasa ‘amal saleh’ sesungguhnya memiliki empat dimensi, yang antara satu dengan lainnya saling berkaitan. Dimensi pertama adalah ikhlas, yang mengandung makna bahwa saat kita melaksanakan sesuatu semata dengan niat mengharapkan ridha Allah. Ikhlas itu hanya ada ketika dasar pelaksanaan ibadah semata karena Yang Maha Kuasa semata.
Dimensi kedua adalah dimensi salih, yang berarti melaksanakan sesuatu perbuatan atau pekerjaan dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan agama. Salih mengandung makna baik, yang dalam konteks amal saleh artinya ibadah yang dilaksanakan, itu memenuhi tuntunan kebenaran sebagaimana ditentukan Tuhan.
Dimensi lainnya (ketiga) adalah dimensi manfaat. Maksudnya adalah amal-amal saleh itu adalah amal yang manfaat atau amal yang mashlahat, di mana semua perbuatan dan pekerjaan mengandung manfaat dan maslahat baik bagi diri sendiri, keluarga maupun masyarakat. Di sinilah titik kunci bahwa amal saleh itu selalu dengan tujuan kemanfaatan. Tidak ada yang justeru merugikan atau merusak diri sendiri dan atau pihak lain. Selalu menjauhi potensi kerusakan di muka bumi ini.
Sedangkan dimensi amal saleh yang keempat adalah ishlah, yaitu perbuatan-kebaikan itu dilakukan senantiasa berusaha untuk melakukan perbaikan. Ada usaha inovasi, pembaharuan dengan senantiasa belajar memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas pribadi di dalam menjalankan kebaikan.
Konsep iman dan amal saleh dengan berbagai dimensi, ini sejalan dengan makna salah satu firman Allah. Misalnya firman-Nya pada surah An-Nahl ayat 97 yang berarti, “Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” Artinya sumber amal saleh yang diaplikasikan dalam keseharian pada hakikatnya adalah karena tertanamnya iman yang kuat dalam hati kita. Wallohu a’lam.***