TANAIKARIMUN.COM – SUDAH semua daerah merumahkan peserta didik di
Tanah Air kita sejak dimulai oleh beberapa daerah saja di awal mula mewabahnya virus corona alias covid-19. Anak-anak tidak lagi ke sekolah untuk belajar seperti biasa. Belajarnya di rumah. Masih ada juga yang bertanya atau salah memahami: sekolah libur.
Corona adalah puncanya. Keputusan untuk meminimalisir bahkan memutus potensi terpapar
virus corona (covid 19) itu di kalangan siswa, itulah pokok pikirannya. Dengan tidak ke sekolah seperti biasa, sudah pasti setiap anak-anak tidak lagi akan saling bersama, saling berdekatan sebagaimana biasanya. Maka harapannya virus itu tidak berpindah dari satu orang ke orang lainnya.
sekolahnya para siswa yang disebabkan oleh persoalan corona ini. Yang beredar di –sebagian– masyarakat adalah libur sekolah.
Anak-anak atau guru libur karena adanya virus corona. Itulah yang dipahami oleh sebagian besar masyarakat. Benarkah libur?
makna libur adalah tidak bekerja atau tidak sekolah. Benarkah tidak sekolah
yang ditegaskan dalam keputusan liburnya anak-anak itu adalah karena semata
tidak sekolah, tidak belajar atau tidak ada aktivitas pembelajaran? Persepsi inilah yang mesti diluruskan. Sekali lagi, bukanlah libur atau tidak sekolah. Hanya tidak ke sekolah.
Anak-anak tidak harus ke skolah karena khawatir terkena virus corona. Bukan
karena saatnya tidak belajar alias istirahat karena selesai ujian, misalnya.
Bukan. Anak-anak tidak perlu ke sekolah karena khawatir terkena virus. Tapi
anak-anak harus tetap belajar. Artinya belajar di rumah.
Yang pasti di rumah pun, oleh pihak sekolah
anak-anak tetap diarahkan untuk belajar. Tetap dikelola pembelajarannya dengan segala fasilitas yang ada dan mampu dilaksanakan. Belajar sistem daring (dalam jaringan/ online) adalah yang paling mungkin untuk dilaksanakan.***