39 Views
BAGI JCH (Jamaah Calon Haji) Karimun, hari –Sabtu, 20/07/19– ini adalah hari haru, hari beraduknya sedih
dan gembira menjadi satu. Sedih, karena akan segera meninggalkan Kabupaten tercinta dan sanak keluarga untuk
berangkat ke embarkasi, Hang Nadim Batam untuk selanjutnya akan menuju Tanah Suci Mekkah. Akan menyeberangi laut dan mengharungi untuk pergi nun jauh ke Tanah Suci sana.
dan gembira menjadi satu. Sedih, karena akan segera meninggalkan Kabupaten tercinta dan sanak keluarga untuk
berangkat ke embarkasi, Hang Nadim Batam untuk selanjutnya akan menuju Tanah Suci Mekkah. Akan menyeberangi laut dan mengharungi untuk pergi nun jauh ke Tanah Suci sana.
Tapi bisa juga gembira, karena inilah akhir
penantian lama sejak mendaftar (dapat seat) tujuh-delapan atau mungkin sepuluh tahun lalu hingga keluarnya nama untuk
berangkat ke Baitullah musim haji 1440 ini. Penantian panjang yang terkadang membuat khawatir dan bimbang, akankah
dipanggil atau tidak, setelah mendaftar itu kini sudah sampai waktunya. Ini bukan mimpi lagi. Mereka benar-benar akan berangkat menunaikan kewajiban kelima setiap umat Islam itu.
penantian lama sejak mendaftar (dapat seat) tujuh-delapan atau mungkin sepuluh tahun lalu hingga keluarnya nama untuk
berangkat ke Baitullah musim haji 1440 ini. Penantian panjang yang terkadang membuat khawatir dan bimbang, akankah
dipanggil atau tidak, setelah mendaftar itu kini sudah sampai waktunya. Ini bukan mimpi lagi. Mereka benar-benar akan berangkat menunaikan kewajiban kelima setiap umat Islam itu.
Kini, pagi ini insyaallah akan mulai melangkah,
meninggalkan sanak-keluarga, teman dan saudara, tetangga dan semuanya. Semoga para dhuyufurrohman Kabupaten Karimun
itu dimudahkan perjalanan PP-nya dan dimudahkan pula ibadahnya. Kita akan doakan
mereka bersama doa untuk seluruh muslim se-Indonesia. Sungguh, kita benar-benar akan berdoa untuk keselamatan dan kelancaran kepergian serta ibadah mereka.
Satu hal yang pasti mereka rasakan ketika akan meninggalkan rumah khususnya, Kabupaten Karimun umumnya, tentu saja rasa sedih. Sesabar-sabar orang yang dipanggil Allah ke Tanah Suci pasti saja ada rasa sedih selain rasa gembira. Ini manusiawi.
Karena manusia bukan malaikat, tentu saja sifat sedih itu adalah menjadi bagian kehidupan manusia. Sedih itu pun tidak akan mengurangi nilai sabar yang menjadi modal muslim ke Baitullah. Sedih dan haru adalah perasaan yang pasti dirasakan oleh para dhuyufurtohman ini. Haru, ya haru-biru yang membuat begitu dalamnya getaran kalbu.
Selamat jalan, wahai tetamu Allah. Kalian pasti merasa haru untuk semua ini. Kami yang ditinggal pun merasakan keharuan itu. Kami hanya bisa mengantar hingga ke embarkasi. Bahkan mungkin hanya hingga Rumah Bupati atau mungkin di masjid dan rumah kami. Tapi pasti mendoakan. Semoga nanti akan menjadi Haji Mabrur.***