SAAT ini masyarakat Kabupaten Karimun tengah menanti hujan turun. Sudah lebih dua bulan panas matahari membakar bumi Negeri Berazam. Teriknya matahari saat ini begitu terasa menusuk. Walaupun kabupaten yang terdiri dari beberapa pulau ini dikatakan tidak mempunyai musim –hujan atau panas—tapi nyatanya saat ini masayarakat merasakan bagaikan musim kemarau panjang. “Sudah dua bulan lebih hujan tak turun,” kata Mas Sasnto tetangga saya mengomentari hujan yang belum juga turun.
Salah satu media online, RADIOAZAM.ID juga menurunkan berita perihal panasnya Kabupaten Karimun saat ini. Mengutip berita situs itu, katanya musim kemarau yang melanda Kabupaten Karimun dan sekitarnya saat ini diprediksi baru akan mulai berkurang pada April mendatang. Saat itu akan terjadi curah hujan meski dalam intensitas sedang.
Mengutip Kepala Stasiun Meteorologi Raja Haji Abdullah, Raden Eko Sarjono berita Radioazam.Id mengatakan cuaca panas baru akan berkurang pada bulan April mendatang. Itu jika dibandingkan dengan bulan Januari hingga Maret ini maka bulan April nanti akan lebih sejuk. Lebih jauh Pak Eko menjelaskan bahwa Kabupaten Karimun termasuk salah satu wilayah yang intensitas curah hujannya dalam kategori rendah. Prakiraan cuaca memprediksi pada April nanti akan terjadi hujan, setidaknya lebih baik jika dibanding saat ini. Maksudnya berbanding Januari, Februari dan Maret ini.
Kabupaten Karimun dan masyarakatnya, selain tengah berharap dan menanti turunnya hujan, saat ini juga tengah menanti kebijakan Pemerintah Daerah untuk dibukanya kembali sekolah. Sejak corona ada dan Pemerintah menutup sementara sekolah dalam rentang waktu yang sudah hampir satu tahun, kini masyarakat sudah sangat berharap sekolah kembali dibuka. Berkurangnya jumlah pasien covid-19 di Kabupaten Karimun diharapkan mengubah kebijakan Pemda Karimun dari menutup sekolah kepada membuka kembali.
Secara terbatas, di beberapa kecamatan sebenarnya sudah mulai dibuka untuk pembelajaran tatap muka sejak satu bulan terakhir. Sudah ada tujuh kecamatan dari 12 kecamatan yang dibuka sekolah-sekolahnya. Sisanya itu yang kini berharap agar dibuka juga. Menanti datangnya hujan agar kebakaran lahan tidak terus terjadi sama harapannya seperti menanti dibukanya sekolah agar kejenuhan orang tua dan siswa tidak semakin tinggi dan semakin lama lagi. Guru-guru juga sudah sangat rindu kepada anak-anaknya di sekolah.
Jika Kabupaten Karimun dikatakan oleh Kepala Stasiun Meteorologi bahwa sejatinya merupakan wilayah non musim atau tidak memiliki musim namun tetap serasa musim kemarau, begitun juga di sekolah. Sesungguhnya selama covid menutup sekolah bukanlah musim (masa) libur sekolah. Tapi anak-anak atau orang tua boleh jadi menganggap sekolah tengah libur karena anak-anak tetap saja di rumah.
Jadi, inilah saatnya Pemerintah segera mengubah kebijakannya mengingat keadaan covid-19 yang sudah jauh berkurang saat ini. Kabarnya sudah tinggal beberapa orang saja pasien yang masih dirawat. Jika sekolah diizinkan dibuka dengan tetap memakai protokoler kesehatan, tentu saja masyarakat sangat senang.***