Catatan M. Rasyid Nur
JIKA saja, ya jika saja ada, persis seperti apa yang didamba tentu saja sangat senang di dada. Akan terasa berbahagia. Tapi jika sebaliknya pasti hati kecewa. Dongkol dan gundah akan memeluk jiwa. Ah, saya terlalu perasa barangkali, kata teman sebelah.
Pastinya hari Senin (24/04/2023) ini sedikit-banyak ada rasa yang ingin saya bagi bersama maka catatan ini mengunjungi Anda. Meski tidak semua pembaca suka tetap saja harus saya berbagi diantara kita di dunia maya. Boleh jadi ini bentuk saling mengingatkan yang memang dianjurkan dan bisa juga sebagai curhatan.
Begini. Hari raya ketiga, ini kami, maksudnya saya dan keluarga berlibur bersama ke pantai. Persisnya pantai Ketam, Kecamatan Tebing. Pantai ini adalah satu dari beberapa pantai di Kabupaten Karimun. Bahkan di Kecamatan Tebing saja ada dua pantai yang sering menjadi tujuan wisata setempat. Ada pantai Pongkar selain Pantai Ketam yang lokasinya juga di Pongkar.
Pada Idul Fitri tahun ini, keluarga isteri saya memang berhajat untuk berlibur bersama di momen Hari Raya. Penyebabnya, kebetulan saat ini adik isteri saya, Sabariyah AZ yang sehari-hari bermastautin di Negeri Sakura bersama suaminya, tahun ini berkesempatan pulang ke Indonesia. Ingin bertemu keluarga, terutama Emak yang sudah ditinggal Ayah sejak kurang-lebih dua tahun lalu. Riya, begitu adik isteri saya itu disapa, ingin bertemu Ibu selain seluruh keluarga lainnya.
Disepakatilah pada kesempatan bersama, ini ada momen bersama di Hari Raya. Selain sudah bersama (berkunpul di rumah tua, Kampung Bukit) pasca salat Ied di 1 Syawalnya, keluarga isreri saya juga bersepakat akan ke pantai di hari kedua atau ketiga. Tapi di hari ketiga itulah kesempatannya.
Selain seluruh keluarga isteri (emak, adik-beradik isteri saya, suami dan isteri serta anak-anaknya) saya juga membawa anak-anak saya, menantu saya dan cucu-cucu saya. Untuk berangkat dari Kampung Bukit ke pantai kami menyewa bus antik (bus kayu ala Karimun) agar dapat berangkat bersama. Meskipun kami juga punya dua mobil pribadi yang bisa dipakai, tapi kemi sepakat memakai satu bus saja agar terasa bersama.
Jika saja, ya jika saja ada Ayah yang biasanya menjadi komando keluarga tentu saja liburan bersama ke pantai ini akan lebih meriah dan lebih berkesan. Juga, andai saja suami Riya dan anaknya semata wayang yang di Jepang bisa bersama juga, tentu ini akan lebih seru.
Setelah menempuh perjalanan dalam setengah jam, kami sampai di lokasi pantai pukul 11.15. Kami harus memilih di sayap kanan pantai karena bagian kiri sudah penuh. Pondok-pondok tempat istirahat sudah penuh di bagian kiri ini. Karena bus kami tidak dapat masuk ke ujung, kami harus berjalan kaki kurang-lebih 30 meter. Sinar matahari menyengat kepala.
Setelah mendapatkan tempat, kami meletakkan bawaan kami –makanan, pakaian untuk mandi, minuman, dll– di dua tempat yang sudah kami sepakati. Kami beristirahat sambil memulai membuka kantong-kantong berisi makanan. Ada nasi, lauk, mie goreng dan lainnya. Sebagian diantara kami juga mengorder makanan dan minuman dari kedai yang ada di sini. Ada yang memesan mi goreng juga, nasi ayam penyet, minuman aneka jus dan lainnya. Buat yang tidak memesan makanan atau minuman langsung saja memakan bekal yang dibawa masing-masing.
Melwati jam siang, saat waktu zuhur akan masuk sebagian kami ada yang ingin buang air (kecil). Ternyata tempat buang airnya lumayan jauh. Dengan tusukan sinar matahari begitu menyengat, rasanya tidak kuat untuk ke sana dengan berjalan kaki. Akhirnya, untuk pergi salat dan atau buang air, terpaksa bergantian menggunakan motor salah seorang keluarga yang kebetulan datang ke sini menggunakan motor.
Jika saja, ya jika saja di setiap tempat di sepanjang pantai ini ada kamar mandi atau toilet umumnya tentu saja akan membuat pengunjung senang dan bahagia. Kenyamanan pengunjung, salah satunya adalah karena fasilitas umumnya tersedia selain makanan yang dijual di warung-waung sepanjang pantai.
Lalu siapa yang bertanggung jawab untuk fasilitas seperti tempat buang air atau tempat mandi air tawar itu? Apakah para pedagang yang berjualan itu atau Pemerintah yang sejatinya menjadi penanggung jawab pengelolaan lokasi wisata? Entahlah. Jika saja, ya jika saja itu semua sudah terkelola, kita semua pasti akan bergembira. Begitu banyak pantai-pantai indah di tempat kita, kalau saja fasilitasnya ada semua, wuih bahagianya hati kita.***