5 Views

Oleh M. Rasyid Nur
TERBANGUN pagi, di suatu pagi (Jumat) 20 Maret 2020 itu rutinitas saya biasa saja.
Setelah prosesi di kamar mandi –dari BAB, gosok gigi dan mandi– terus
bersiap diri untuk menghadapi Ilahi ke masjid yang tidak jauh dari rumah. Kalau masih ada waktu untuk beberapa rakaat sunat sebelum masuk waktu, saya sempatkan melakukannya. 
Begitulah setiap pagi. Termasuk pagi itu. Mungkin semua kita
begitulah adanya. Tapi terbangun Jumat berkah itu ada
sedikit yang berbeda saya rasa. Serasa terasa ada berbunga di hati saya. Iih, sentimentil
begitu, heh. Ya, benar. Saya merasa hati begitu berbahagia pagi itu. Saat bersiap menanti waktu subuh itu, seperti biasa juga saya buka
Laptop atau HP, jika masih juga ada sisa waktu sebelum berangkat ke masjid. Blass, mata saya sedikit terbelalak. Ada sinopsis calon buku
saya tertulis. Dikirimkan oleh salah seorang editor Media Guru. Itulah awal rasa bahagia itu. Saya teringat, saya memang sudah mengirimkan tugas itu ke Tim Media Guru.
Tertulis di sudut kanan bawah gambar itu pukul
23.07. Itu berarti gambar itu terkirim pada jam itu. Saya sudah bersiap di
peraduan, pada jam segitu. Saya tidak tahu lagi kalau ada pesan WA yang masuk
ke HP saya. Tapi pagi ini saya benar-benar bangga dan haru, setelah tahu. Cover
calon buku dengan judul ‘BERLIBUR UNTUK BERHIBUR, CATATAN PERJALANAN SEORANG
GURU’, itu sudah keluar. Tim ilustrator Media Guru sudah membuatkan cover calon
buku saya itu. Alhamdulillah.
Saya ingin menulisnya di halaman ini. Ini sebuah
kenyataan. Cover buku itu kembali menambah nyala api semangat di hati ini.
Bukan karena semangat untuk menulis itu sudah padam. Akan terus menyala dan
akan terus dinyalakan api semangat untuk menulis itu. Perinsip ‘CintakuLiterasiKumenulisSetiapHari
itu akan terus ada. Akan terus dibuktikan. Hanya sedikit meredup oleh berbagai
situasi. Lumroh.
Tapi hadirnya calon buku baru dengan hadirnya
cover calon buku itu menambah bara api semangat itu. Itulah yang akan saya
katakan pada ccatatan singkat ini. Cover buku itu menambah semangat baru. Dan
seharusnya memang begitu. Setiap moemn akan selalu ada pengaruhnya. Bahkan jika
apinya pernah padam, dengan satu momen harus kembali dihidupkan. Insyaallah,
kita akan terus menghidupkan semangat menulis kita.***
Catatan yang agak mirip saya publish juga di www.mrasyidnur.gurusiana.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *