5 Views

Oleh M. Rasyid Nur
 

CATATAN saya di www.gurusiana.id edisi hari Rabu (29/04) ini, adalah tentang kepergian salah seorang sahabat kita, H. syahrul yang adalah Walikota Tanjungpinang. Dia menghembuskan nafas terakhirnya kemarin sore dan dikebumikan malamnya. Menurut berita online sore kemarin, dia meninggal kabarnya, karena terpapar covid-19 yang saat ini memang tengah marak di Tanah Air, termasuk di Kepri khusus lagi di Tanjungpinang dan Batam..
Selengkapnya catatan saya itu begini, “SELAMAT jalan, Pak Sayhrul.” Dia
adalah Guru dan juri MTQ (Musabaqoh Tilawatil Quran) di Provinsi Kepri –dari
MTQ Tingkat Kecamatan hingga ke Tingkat Provinsi– yang saat menghembuskan
nafas terakhirnya Selasa (28/04/2020 : 16.45) sore adalah Wali Kota Tanjungpinang,
Ibu Kota Provinsi Kepri (Kepulauan Riau). “Sore ini Tanjungpinang berduka.
Begitu juga Provinsi Kepri, Pak. Kami semua kehilangan Bapak, Ayah
Syahrul.”

Itulah
kelimat yang sebagian besar masyarakat Kepri ucapkan menerima informasi ‘mendadak’
dari beberapa media online. Melalui WA, FB, IG, Twit dan Medsos lainnya sore
itu masyarakat meneruskan berita dari portal online itu. Kepri benar-benar
berduka, terutama Kotan Tanjungpinang yang dipimpinnya bersama Rahma sejak 21
September 2018. Walaupun dia sudah diberitkan sakit sejak beberapa hari
sebelumnya yang menurut berita-berita tidak resmi disebabkan oleh virus corona
alias covid-19, kita tidak menduga dia akan ‘pergi’ secepat ini. Ada banyak
pejabat yang juga terpapa corona, alhamdulillah terselamatkan. Itu juga harapan
ke Pak Syahrul.

Namun apa
mau dikata. “Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih,’ kata orang
tua-tua kita. Nasib dan ajal Pak Wali Kota yang berasal dari guru, itu sudah
ditetapkan begitu. Pak Syahrul yang ceria tidak berlebihan membuat siapa saja
senang bergaul. Sebagai guru dan menjadi Kepala Sekolah di akhir karier PNS-nya
dia memang tepat berkarakter begitu. Tegas memimpin rekan-rekan guru namun
tetap lembut dan banyak senyum.

Pria
berkulit putih, itu bernama lengkap H. Syahrul, SPd dilahirkan di Tarempa
–kini termasuk Kabupaten Kepulauan Anambas– pada 30 Agustus 1960 dan
bersekolah di sana. Tepatnya di SDN 56 Tarempa dari tahun 1969 hingga 1975.
Melanjutkan pendidikan ke SMP Tarempa juga pada tahun 1977 dan tamat pada 1980
sebelum pindah ke Tanjungpinang. Di Tanjungpinang pula dia meneruskan
pendidikan untuk menjadi guru, 1980 s.d. 1983.

Pak Syahrul
mengabdi menjadi guru di Kota Tanjungpinang hingga dia juga diberi amanah
‘tugas tambahan’ sebagai Kepala Sekolah hingga ia mundur untuk ikut maju ke
jalur politik. Dia maju mendampingi Lis Darmansyah sebagai Wakil Walikota
Tanjungpinang. Pasangan Lis Darmansyah- Syahrul dipercaya rakyat menerajui Kota
Bestari dan resmi menjadi pejabat politik pada 16 Januari 2013. 

Kepiawaian
Pak Syahrul dan ketenaran namanya bersama Walikota, Lis Darmansyah membuat dia
didapuk maju sebagai Wali Kota melawan ‘bos’-nya itu pada Pilkada berikutnya.
Bersama pasangannya Siti Rahmah dia justeru menumbangkan petahana. Resmilah dia
menjadi Walikota Tanjungpinang bersaja Wakilnya, Rahmah sejak akhir September
2018 lalu itu. Sungguh masih baru kepemimpinanya. Masyarakat Keperi, khususnya
Tanjungpinang sangat layak merasa kehilangan dengan kepergian belyau.

Selamat
jalan, Pak. Kami akan doakan Bapak untuk mendapat tempat yang paling baik di
sisi Allah Swt. Semua jasamu akan dikenang
.***
Selain catatan itu, saya ingin juga memposting sepucuk status yang ditulis oleh seorang teman dan dikirimkan ke WA saya. Dia, Pak Nas (saya menyapanya begitu) aktif di bidang agama dan pendidikan serta sangat konsen juga mengingatkan masyrakat tentang kebijakan Pemerintah perihal pengelolaan corona. Statusnya begini, 
Innalilahi wa innailaihi rojiun..telah kembali dengan tenang sbg syahid walikota Tanjungpinang Kepri, semoga beliau di tempat kan diantara para syuhada yang memiliki tempat istimewa di sisi Allah. Amin yra.


Ujian Covid 19 telah mengambil salah satu putra terbaik Kepri. Semoga kejadian ini bisa diambil hikmahnya  bersama. Agar kita tidak menganggap remeh suatu perkara. Semua perlu disikapi scr proporsional. Takut berlebihan tak baik,  Menganggap enteng juga bentuk kesombongan.


Kita hati hati dan menghindari bahaya bukan berarti takut, tapi krn kita tidak mau jadi media penularan yang bisa mencelakai orang lain.


Selain itu taat kepada Ulil Amri dalam rangka memutus mata rantai penularan adalah bentuk ibadah yang sangat tinggi jihadunnafsi dan jihaduhayatinnas yang nilainya sangat besar di hadapan Allah dibanding ibadah mahdhoh yang dampaknya hanya utk kepentingan pribadi kita. (Moh. Nasruddin)

Dengan kepergian Pak Walikota begitu, kita memang bersedih tapi sekaligus harus semakin waspada dan berhati-hati dengan virus corona ini. Ini adalah pelajaran penting bagi siapa saja, terkhusus kita di Kabupaten Karimun yang berbatas dengan Tanjungpinang dan juga Batam. Tidak perlu kita meragukan kebijakan Pemerintah perihal pengelolaan corona di sini.

Jika saat ini masih ada yang meragukan kebijakan Bupati yang menganjurkan tetap di rumah termasuk solat berjamaah, semuanya adalah untuk kepentingan orang yang lebih ramai. Tidak ada yang melarang solat berjamaah, apalagi dengan anggapan seolah-olah Pemerintah sengaja ingin meninggalkan masjid, tentulah bukan begitu. Sebaiknya, niat baik itu kita sambut dengan sikap yang baik juga.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *