Oleh M. Rasyid Nur
GERAKAN Literasi Nasional lahir lima tahun lalu dengan diawali
lahirnya Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Tujuan
Permendikbud pengganti Permendikbud No 21 Tahun 2015, itu antara lain untuk menumbuhkembangkan
lingkungan kebiasaan baik dan budaya belajar sebagai bentuk pendidikan karakter
sejak di keluarga, sekolah dan masyarakat. Latar belakangnya adalah bahwa
sekolah seharusnya adalah tempat yang nyaman dan inspiratif bagi siswa, guru
dan tenaga kependidikan untuk pendidikan karakter dengan melibatkan Pemerintah
dan masyarakat.
Mengutip penjelasan Ahmad Mujib dalam Literasi Keluarga yang dimuat https://matakita.co, 14 Juli 2017, Literasi Keluarga
(Family Literacy) merupakan bagian dari literasi secara umum yang landasan
filosofinya, orang tua adalah guru pertama bagi anak-anak. Itu berarti
keberhasilan gerakan literasi haruslah dimulai dari rumah tangga. Literasi keluargalah
yang akan menjadi penentu keberhasilan Gerakan Literasi Sekolah hingga Gerakan
Literasi Nasional.
Menurut penelitian keluarga yang sukses dalam gerakan literasi dan memiliki
tingkat pendidikan yang mumpuni cenderung menjadi masyarakat yang produktif
dengan tingkat ekonomi dan sosial yang baik. Untuk itu perlu strategi perencanaan
program literasi keluarga yang mampu melahirkan budaya literasi dalam keluarga
itu sendiri.
Keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang berpengaruh pada pembentukan karakter anak mengingat
ikatan emosional dan pertalian darah. Maka pembinaan literasi dan karakter
dalam keluarga akan lebih mudah oleh keluarga itu sendiri.
Meskipun era digital
telah melahirkan fenomena keluarga yang renggang disebabkan handphone (HP), (https://news.detik.com/
tanggal 22/06/2019), itu tidak akan mengubah secara signifikan pengaruh
keluarga dalam pemberian nilai-nilai kepada keluarga. Lunturnya kebiasaan makan
bersama di rumah, hilangnya kebiasaan bersembang duduk bersama, misalnya, itu
juga tidak akan menghambat habis kesempatan untuk saling mempengaruhi dalam
keluarga.
Untuk itu kemajuan IT
mestinya termanfaatkan untuk penguatan kapasitas wawasan dan pendidikan dalam
keluarga seperti menciptakan budaya literasi dalam keluarga. Langkah-langkah menciptakan dan membina budaya
literasi keluarga adalah salah satu tujuan yang perlu diwujudkan setiap
keluarga.
Peran orangtua dalam
budaya literasi tentu sangat menentukan. Ketika orang tua menunjukkan budaya
literasi untuk dirinya, otomatis anak dan keluarga akan terbawa. Itulah teladan
utama.
Ada beberapa pemikiran
yang seharurnya dilakukan setiap keluarga dalam usaha membina dan
mengembangakan literasi keluarga, antara lain: Perlunya,
1) Keluarga Membaca; Sebagai ayah atau ibu di setiap rumah tangga wajib membiasakan
membaca. Apakah dengan membuat Perpusatakaan Keluarga atau membuat jadwal rutin
(wajib) mengunjungi Perpusatakaan yang sudah ada. Biasanya di setiap daerah (kabupaten/
kecamatan) selalu ada Perpustakaan. Bahkan ada juga Perpustakaan pribadi/
masyarakata yang dikelola secara pribadi oleh seseorang. Silakan kunjungi
sebagai usaha budaya baca keluarga.
2) Keluarga Menulis; Jika budaya membaca dapat diwujudkan, tentu saja sebaiknya
ditingkatkan ke budaya menulis sebagai bagian dari budaya literasi dalam
keluarga.
3) Pemberian Hadiah; Penghargaan berupa apa saja sebaiknya diberlakukan dalam usaha
menyukseskan program Literasi Keluarga. Hadiah sebaiknya prioritas pemberian
buku-buku bacaan sebagai pembinaan lietrasi kelaurga itu. Tidak perlu hadiah
uang. Tapi pergi rekreasi ke beberapa tempat untuk berhibur itu lebih baik.
Akan lebih baik pula jika tujuan rekreasinya ke perpusatakaan.
4) Penerapan Disiplin Literasi; Harus dibuat ketentuan dalam menyukseskan program Keluarga
Membaca-Menulis. Semacam peraturan. Konsep 1820 yang diterapkan oleh beberapa
instansi dalam usaha mengatur jam belajar atau jam membuka HP perlu juga
diterapkan. Angka 1820 maksudnya di setiap pukul 18.00 hingga pukul 20.00 ada
kesepakatan. Misalnya waktu-waktu membaca, dll. Termasuk disiplin di sini
adalah tuntutan melaksanakan peran masing-masing yang sudah ditetapkan
sebelumnya dalam program literasi keluarga.
5) Penyediaan Anggaran Literasi; Sejatinya harus dialokasi dana keluarga untuk
pendukung literasi dalam keluarga. Keuangan keluarga perlu disisihkan sesuai
kebutuhan untuk mengembangkan budaya literasi dalam keluarga..
Itu
hanya sebagian tawaran pemikiran yang dapat dilaksanakan dalam usaha mewujudkan
budaya liertasi keluarga. Dari budaya literasi keluarga ini diharapkan akan
tumbuh budaya literasi satu daerah untuk menuju Literasi Nasional.***
Diposting juga di www.mrasyidnur.gurusiana.id