3 Views

BERPIKIR singkat, itulah masalah utama dari fenomena kasus bunuh diri ini. Kurang-lebih begitu kesimpulan disampaikan Kapolres Karimun, AKBP Fadli Agus, SIK, MH pada Rapat Koordinasi (Rakor) Polres Karimun dengan para pejabat terkait dan para tokoh masyarakat/ agama Kabupaten Karimun, Jumat (05/07/2024). Selaku Ketua FKUB sekaligus mewakili Ketua MUI saya ikut dalam Rakor itu bersama, antara lain Kakankemenag Kabupaten Karimun, Ka Puskesmas, Ketua Baznas dan beberapa pejabat terkait lainnya.
Sebagai respon atas fenomena bunuh diri yang terjadi akhir-akhir ini di Kabupaten Karimun, Polres Karimun berinisiatif melaksanakan Rakor dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, pejabatpada instansi terkait lainnya. Polres sendiri melibat para pejabat utama dan satuan-satuan yang berkaitan dengan masyarakat seumpama Satun Pembinaan Masyarakat. Ikut juga beberapa para anggota Polri yang tugas dan fungsinya berkaitan dengan masyarakat.
Dalam pemaparan awalnya Kapolres Karimun, AKBP Fadli Agus menjelaskan bahwa dalam mencegah fenomena bunuh diri ini kita tidak bisa sekadar menerima informasi saja, namun perlu dorongan kita sebagai pejabat atau sebagai tokoh masyarakat agar ada langkah-langkah strategis. Katanya, sangat mengkhawatirkan kita banyaknya peristiwa atau kasus bunuh diri di daerah kita belakangan ini. 
Berdasarkan data laporan, kata Kapolres setidak-tidaknya sudah 8 atau 9 kasus bunuh diri di Wilayah Kabupaten Karimun ini. “Sebanyak 8 kasus melibatkan masyarakat Karimun sendiri sedangkan satunya adalah orang luar tapi terjadi di wilayah Karimun. Ditambahkan Kapolres bahwa saat ini ada banyak potensi akan terjadinya kasus yang sama. Demikian Fadli Agus menjelaskan.
Kepala Kantor Kemenag Karimun Drs. H. Jamzuri saat memberikan tanggapan menyatakan bahwa potensi kejadian bunuh diri yang telah disampaikan Kapolres Karimun maka kita perlu bersama-sama untuk turun mendatangi orang yang kemungkinan berpotensi untuk melakukan bunuh diri. “Jangan kita terlambat. Jika perlu, ada tim yang dibentuk untuk menindaklanjuti kemungkinan akan terjadinya kasus yang sama.” Pak Jamzuri juga menguatkan bahwa kasus ini bisa disebabkan oleh  masalah ekonomi, keluarga dan lainnya. Lebih-lebih jika agama tidak dipahami dengan baik, katanya.
Ikut memberikan sumbang saran beberapa peserta Rakor lainnya. Secara umum semua peserta rapat sepakat bahwa fenomena ini tidak boleh dianggap enteng. Harus ada usaha untuk mengatasinya. Jika cara berpikir yang singkat menjadi satu masalah, maka perlu diberikan penjelasan dan pencerahan kepada masyarakat agar tidak menjadikan bunuh diri sebagai cara mengatasi masalahnya.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *