Innalillah, Selamat Jalan, Pak Ruslan

SABTU (08/06/2024) pagi ini saya menulis status di FB, “Bismillah, Innalillahi wainna ilaihi rojiun, Telah berpulang kerahmatullah, orang tua kita, saudara kita, H. A. Ruslan Karim bin Karim hari Sabtu, 08 Juni 2024 pukul 05.20. Rumah Duka RT2 RW 07 Wonosari, Meral, Karimun.” Kalimat itu saya tulis beberapa saat setelah saya dan teman-teman jamaah subuh baru saja melepas ‘perjalanan terakhir’ seorang sahabat, sesama pensiunan guru, Bapak H. A. Ruslan Karim.
Pak Ruslan, demikian kami menyapanya sehari-hari baru saja menghembuskan nafas terakhirnya, sekitar pukul 05.20 WIB, persis setelah salat subuh berlalu. Jamaah subuh pagi ini, baru saja menyelesaikan salat subuh di Masjid Al-Ubudiyah, amsjid yang bersebelahan langsung dengan rumah Pak Ruslan. Saat keluar dari masjid, itu tiba-tiba kami diberi tahu oleh Yati (anak Pak Ruslan) bahwa orang tuanya tengah sesak nafas. Maksudnya dalam keadaan sakratulmaut (nazak). Dia mohon kami melihatnya.
Kami pun bergegas masuk rumah yang hanya berbatasan pagar saja dengan masjid Al-Ubudiyah, tempat kami berjamaah sehari-hari warga Kampung Wonosari. Meral. Kami melihat langsung, betapa Pak Ruslan dalam keadaan kesulitan bernafas saat itu. Nafasnya sudah satu, satu, begitu. Spontan kami membacakan kalimat tauhid, la ilaha illallah…agar dia mengikutinya. Berulang-ulang kami membisikkan kalimat itu. Dia sedang bersiap akan ‘berangkat’ ke alam lain.
Pak Ruslan kebetulan memang sudah lama sakit. Terbaring dalam beberapa bulan belakangan. Dan hampir tiga pekan ini sudah tidak bisa duduk lagi. Itulah sebabnya, keadaan pagi itu tidak disarankan lagi oleh keluarganya untuk ke Rumah Sakit, misalnya. Dalam usianya 68 tahun, mantan Kepala Sekolah di beberapa SMP, itu memang sudah cukup lama terbaring. Jamaah masjid selalu menyempatkan untuk melihatnya selama dia terbaring di rumahnya. Kata  isterinya, Bapak sudah puas berobat kemana-mana.
Akhirnya, kurang lebih 15 menit kami membimbingnya mengucapkan kalimat tauhid, Pak H. A. Ruslan Karim menghembuskan nafas terakhirnya. Isterinya yang sejak kami hadir sudah terisak menahan tangis di samping suaminya itu, akhirnya pecah juga tangisnya sesaat setelah Pak Ruslan benar-benar tidak terlihat bernafas lagi. Begitu juga anaknya, Yati, ikut terisak mengiringi kepergian ayahandanya. Beberapa orang diantara kami membantu menutupkan matanya, mengikat bagian mukanya, kakinya dan tindakan lain yang lazim ketika mengurus orang yang baru saja berpulang.
Kepada istseri dan anaknya, kami serentak memintanya untuk tidak meratap. Harus sabar dan ikhlas. Ya, Sabtu ini Pak Ruslan ‘berangkat’ meninggalkan kita semua. Innalillah…Selamat Jalan, Pak. Kami, kita akan mengenang jasa-jasanya sebagai guru dan Kepala Sekolah. Saya ingat, kami pernah bersama di Moro, saat dia menjadi Kepala SMP Negeri 1 Moro sementara saya sebagai Kepala SMA Negeri 1 Moro beberapa puluh tahun yang lalu.
Pak Ruslan juga pernah bertugas sebagai Kepala Sekolah di beberapa sekolah yang berbeda di Kabupaten Karimun. Seingat saya,  seperti di SMP Negeri Pasir Panjang, SMP Negeri 1 Karimun dan sekolah lainnya. Insyaallah, jasa-jasanya di ranah pendidikan akan menjadi amal-jariayah baginya, amin.***

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *