54 Views

SESUNGGUHNYA kematian itu di tangan Tuhan. Tidak ada yang
bisa menahan jika ajal sudah di sempadan. Itulah kira-kira yang terasa hari Ahad
(21/04/2024) ini. Di tiga tempat dalam jarak yang terasa rapat ada tiga mayat
yang kami layat. Seolah tak percaya, satu hari ada tiga nyawa meninggalkan kita.

Mula-mula ke kampung di sekitar Masjid Al-Amin. Di sekitar belakang
Kantor Among Mitro Kabupaten Karimun itu. Saya tidak tahu persis nama kampung di situ. Saya diajak Pak Rafiq, Bupati Karimun
yang selalu mengajak beberapa orang jika dia ada kegiatan. Termasuk melayat
orang meninggal hari ini. 

Sekitar pukul 11.20 siang, itu kami pergi ke lokasi orang
meninggal itu. Ini melayat tempat pertama. Saat kami sampai di rumah duka, mayatnya sudah dibawa ke
pekuburan yang tidak jauh dari rumah. Bupati datang agak terlambat karena kebetulan ada pekerjaan lainnya sebelumnya. Kami tidak pergi ke kubur. Kami duduk-duduk sambil menunggu orang tua di rumah itu. Orang tua rumah atau Kepala Keluarga di rumah itu. Ternyata dia dikenal bupati
dan karena itu dia datang melayat.

Setelah di sini, ternyata ada pula kunjungan yang sama, di tempat lainnya. Kabarnya, ada anak
sekitar 12-an tahun meninggal dunia. Masih di Karimun. Tepatnya di Kampung Baru
Tebing. Di sekitar Masjid Al-Furqon. Kami berangkat ke sana. Kami ikut salat
jenazah setelah sebelumnya salat zuhur di masjid ini. Ternyata di sini juga
sudah ada Pak Sekda, M. Firmansyah.

Setelah prosesi penguburan selesai, kami kembali ke rumah
sebentar. Kata Pak Rafiq, nanti kita telponan saja untuk melayat di satu tempat
lagi. Ternyata isteri Pak Kasta telah pula berpulang kerahmatullah siang ini.
Dan akan dikebumikan menjelang sorenya.

Lokasi mayat ketiga yang kami kunjungi ada di Kampung Pamak,
Tebing. Saya datang ke sini menjelang asar. Sangat ramai pelayat yang datang.
Isteri Pak Kasta tergolong masih muda. Dia Kepala Sekolah. Dan pergi untuk
selamanya dalam usia relatif muda. Kita berduka.

Sungguh jika ajal sudah datang, Allah akan jemput umat-Nya
untuk kembali kepada-Nya. Karena itu pula kunjungan tiga kali ini terasa begitu
menyesakkan. Bukan karena kematian, tapi hingga tiga orang sekali jalan dalam
satu hari yang sama.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *