Tertinggal Kapal Tersebab Lalai, Bukan Tersebab Macet

Catatan M. Rasyid Nur
HARUSNYA Senin (01/01/2024) itu kami sudah sampai di Karimun
kembali. Berangkat pada Rabu (27/12/2023) sepekan sebelumnya sesuai jadwal perjalanan
Tour Tiga Negara, ini harusnya rombongan kembali pada hari libur awal Januari.
Ternyata rencana itu tidak terjadi. Di luar yang kami harapkan, kami baru bisa
sampai di Karimun keesokan harinya, 2 Januari. Artinya kantor atau sekolah
sudah dibuka.

Ada beberapa orang pegawai negeri dan honorer dalam
rombongan kami. Mereka harus sudah kembali sebelum hari kerja. Dulu, sebelum berangkat sudah diwanti-wanti oleh peserta kalau penanggung
jawab perjalanan ini memastikan akan kembali sebelum hari kerja. Dia menjamim kalau rombongan akan sampai di Karimun
sebelum hari kerja dimulai. Maksudnya, rombongan akan kembali pada tanggal satu
itu. “Kan masih libur, kita akan sampai sebelum masuk kerja,” katanya waktu akan berangkat itu.

Nah ini disebabkan oleh kesombongan persiapannya atau
tersebab lain, hanya Yang Maha Tahu yang tahu. Nyatanya rombongan terlambat satu hari. Secara fakta, penyebab kami tidak
sampai ke Karimun pada awal bulan baru di tahun baru, itu adalah karena kami
tertinggal kapal. Kapal sudah berangkat meninggalkan Pelabuhan Putri Harbour
sementara bus yang membawa kami belum juga sampai ke pelabuhan pada saat seharusnya sudah di pelabuhan.

Keterlambatan itu bisa saja beralasan, tersebab jalan macet dari Kuala Lumpur
dan dari Nilai Tiga, titik kami berangkat menuju Johor Baru untuk ke Pelabuhan
Putri Harbour pada hari itu. Dan tersebab macet di jalan menyebabkan bus yang kami tumpangi
terlambat sampainya. Namun pertanyaannya, mengapa harus berangkat terlalu lambat
dari Kuala Lumpur atau dari Nilai Tiga? Pertanyaan lainnya, mengapa jadwal
kapal paling akhir yang diambil? Bukankah ada jadwal Johor Baru-Karimun sebelum
jadwal terakhir itu?

Inilah kunci masalahnya. Artinya dapat dikategorikan sebagai satu kelalaian. Terlalu percaya dengan kebiasaan sebelum-sebelumnya. Penanggung jawab perjalanan tidak
berpikir jelimet dalam perancanaan kepulangan dari Negeri Seberang ini. Maka
terkurunglah rombongan satu malam di Johor Baru. Terpaksalah peserta merogoh
saku lagi untuk bayar hotel dan makan malamnya. Berharap ditanggulangi oleh
penanggung jawab sebagai orang yang membawa rombongan, nyatanya tidak. Peserta
harus membayar sendiri kebutuhan yang disebabkan oleh keterlambatan ke
pelabuhan ini. Sesungguhnya bukanlah macet yang menjadi sebab, tapi lalailah
yang penyebab utamanya.

Terlepas dari itu semua, pada hakikatnya ada hikmah juga di dalamnya. Keterlambatan yang tidak diinginkan ini tidak juga semata kesalahan dan kelalaian manusia. Pasti zat Maha Kuasa menjadi penentu segala-galanya. Jika merasa ada kelalaian kita, tetap harus itu diterima dan kembalikan ke Yang Maha Kuasa.***

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *