SETELAH yakin kalau keduanya merasa sesuai dan akan melanjutkan ke langkah berikutnya, Sabtu (19/11/2023) ini kami datang ke Moro. Saya dan isteri berangkat pagi dengan menumpang kapal Karunia Jaya, trayek Karimun-Tanjungpinang. Kapal ini singgah di beberapa tempat sebelum sampai di Tanjungpinang, termasuk di Moro. Kami tentu cukup sampai di Moro karena target memang hanya ke Moro.
Tujuan utama kepergian kami adalah untuk mengantarkan tanda pertunangan, Ananda Fahry Errizik (Ery) ke rumah calon isterinya, Marwiyah (Wiyah) di Kampung Sidodadi, Moro Darat. Tepatnya di Rawajadi, Sidodadi, Moro.
Untuk keperluan ini kami sudah memberikan kepercayaan kepada salah seorang teman di Moro, Ibu Nurmelly. Isteri, Pak Ishak yang dulu lama menajdi Kepala Sekolah di salah satu SD di Kota Moro. Kami memberi semacam mandat untuk menyiapkan segala sesuatunya dalam rangka pertunangan Ananda kami, Ery.
Sekitar pukul 09.00 kami sudah sampai di Moro. Kami langsung mencari tempat menginap. Awalnya ke Hotel 686 yang berlokasi di Kampung Bedan. Tapi karena ternyata sudah full kami menuju Hotel Fajar di Kampung Tengah. Alhamdulillah masih ada kamar. Kami istirahat sebentar untuk bersiap-siap pada pukul 13.00 (bakda zuhur) untuk berkumpul di rumah Bu Melly. Sesuai rencana kami akan turun dari rumah Bu Melly.
Kesepakatan saya dan isteri bersama Bu Melly bahwa Bu Melly akan menjadi tuan rumah atau sebagai rumah tempat turun pihak laki-laki menuju rumah pihak perempuan. Saya dan isteri bersama beberapa orang yang diajak (diundang) Bu Melly untuk bersama-sama menuju ke rumah pihak perempuan berkumpul di rumah yang beralamat di seputaran Lapangan Sepakbola Purri Hijau, Moro itu. Sebelum ke situ kami ke hotel terlebih dahulu.
Informasi dari Bu Melly untuk pihak laki-laki akan ada Pak Hanan, tokoh masyarakat Moro, ada Pak Intan (Umar Said), Pak Ishak (suami Bu Melly) sendiri dan beberapa undangan lainnya. Pak Intan nanti akan menjadi juru bicara di rumah sana. Katakanlah semacam juru bicara, yang dalam adat Melayu dia akan menyampaikan hajat pihak laki-laki.
Bakda zuhur, tepat pukul 13.00 saya dan isteri sudah bergerak dari penginapan. Isteri saya dan cucu kami, Akiif yang ikut naik beca ke rumah Bu Melly. Sementara saya numpang naik motor dengan seorang teman, Zulkifli. Singkat kisah, meskipun sedikit hujan sebelum berangkat, rombongan kami selamat sampai di rumah pihak perempuan dengan motor masing-masing. Langsung ke dalam rumah yang disambut oleh banyak tamu yang menunggu.
Pak Intan sebagai juru bicara pihak laki-laki membuka bicara dengan disambut oleh Pak Manan sebagai juru pantun pihak perempuan. Mereka berdua berpantun pepatah-petitih sesuai adat-istiadat Melayu saat mengantarkan tanda pertunangan. Inti pembicaraan keduanya bahwa kedua belah pihak sepakat bahwa kedua anak kami, Ery dan Wiyah bertunangan hingga saat pernikahan yang disepakati pada 11 Desember 2023. Tidak lama, memang.
Prosesi ini memakan waktu lumayan lama juga, menurut saya. Menurut lainnya mungkin singkat waktu yang kurang lebih satu jam setengah itu. Selain menyerahkan cincin pertunangan juga meneyrahkan antaran berupa bunga rampai, buah-buahan, kue dan lainnya. Itu sebagai perlambang bahwa penyerahan dan menerimaan pertunangan sudah sah. Tinggal menunggu pernikahannya.***