Oleh Gamyanda Adry Perdana
Generasi milenial adalah generasi yang tumbuh di saat dunia sudah mengalami kemajuan teknologi, sehingga otomatis mereka sangat mahir dalam menggunakan teknologi. Istilah ‘milenial’ tersebut berasal dari millennials yang diciptakan oleh dua pakar sejarah dan penulis Amerika, William Strauss dan Neil Howe pada tahun 1987.
Indonesia adalah negara dengan total generasi milenial sebanyak 69.38 juta jiwa atau 25, 87% pada tahun 2020, sebagaimana telah diinfromasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2021. Seperti yang kita ketahui generasi milineal memiliki peran dalam hal perkembangan teknologi ketika sekarang dunia sangat dipengaruhi teknologi. Hal tersebut menjadi bukti dan gambaran nyata bahwa generasi milineal negara Indonesia sangat berperan dalam kemajuan pengetahuan dan teknologi IT menyongsong Generasi Emas tahun 2045.
Era New Society 5.0 dalam perkembangan teknologi modern adalah struktural penting dalam perkembangan dunia karena tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Menurut CEO & COACH HR Academy, Wulan (2021) mereka menyebutkan bahwa, “Society 5.0 merupakan sebuah masyarakat yang berpusat pada manusia yang menyeimbangkan kemajuan ekonomi dan teknologi dengan menyelesaikan masalah melalui sistem yang mengintegrasikan dunia maya dan ruang fisik”.
Menurut Serpanos (2018) “Ada beberapa tantangan lain yang harus dihadapi, yaitu integrasi dan peningkatan perangkat lunak, interoperabilitas jaringan, dan sinkronisasi, pemrosesan informasi, dan aplikasi real time, serta yang terpenting keamanan”. Selama berkembangnya era society 5.0 tentunya akan melahirkan permasalahan baru dan ancaman yang muncul dikalangan generasi milenial. Permasalahan ini sudah terbaca oleh para ahli saat era Society 5.0 dikemukakan.
Karena era Society 5.0 adalah kecerdasan buatan (artificial intelligence) tentunya teknologi dan manusia akan hidup secara berdampingan. Sebagai kaum milenial yang hidup di era teknologi modern tentunya kita harus mahir dalam menggunakan teknologi tersebut. Ancaman generasi milenial dalam menghadapi Society 5.0 ini adalah akumulasi data yang melimpah akan membuat kaum milenial menjadi lebih sulit dalam memperoleh data yang akurat. Dalam artian akan sulit mengetahui kebenaran data tersebut sehingga timbullah informasi hoax, karena fakta era 5.0 terdapat akumulasi data yang melimpah.
Tergantikannya pekerjaan manusia oleh mesin-mesin atau robot yang telah canggih akan mempersempit lapangan pekerjaan. Sungguh fakta yang membuat kita sebagai generasi milenial harus siap untuk menghadapi era Society 5.0. Perkembangan teknologi memang memudahkan kita itulah kelebihan dari perkembangan teknologi ini tapi tidak bisa dipungkiri dari dampak yang akan dihasilkan nantinya.
Apabila peran generasi milenial sudah tergantikan oleh teknologi yang lebih canggih akan sangat membahayakan dan berdampak kepada generasi milenial tentu banyak pengangguran akan bermunculan. Maka kita sebagai generasi milenial harus berkembang lebih pesat dari sekarang agar masa depan agar kita tidak digantikan oleh teknologi. Berbagai upaya tentu harus kita lakukan demi mengoptimalkan peran, dan potensi generasi milenial di masa depan, pastinya selalu terdapat hal-hal yang menghalangi perkembangan tiap pribadi. Mulai dari isu-isu krusial dan masalah-masalah baru yang bermunculan diantara lain sebagai berikut:
1. Finansial Generasi millenial cenderung khawatir dengan ketidakstabilan finansialnya di awal karir. Disamping itu, akibat terbawa arus, banyak yang memaksakan untuk mengikuti gaya hidup yang tinggi. Lingkaran inilah yang pada akhirnya menjadi penyebab stress tertinggi Millenial. Disamping itu, Millenial dan banyak yang menjadi sandwich generation. Artinya generasi ini terbebani oleh 3 tekanan, yaitu dia harus mampu menghidupi dirinya sendiri, menghidupi orang tuanya, dan menghidupi keluarganya (anak & istri) jika sudah berkeluarga.
2. Sains dan Teknologi; Kemajuan teknologi yang sangat pesat saat ini, menghadirkan robot yang banyak menggantikan peran manusia. Era society 5.0 menjadi tantangan besar dan tersendiri bagi kaum millennial. Mereka dituntut untuk mampu beradapatasi dengan kondisi seperti ini dan menciptakan pekerjaan-pekerjaan baru yang mendukung jalannya society 5.0, sehingga peran manusia tidak akan tergantikan oleh hadirnya robot yang memiliki kemampuan cerdas.
3. Sosial Media; Sosial media menjadi tantangan besar bagi Millenial, karena ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi bermanfaat untuk berkomunikasi dan membangun jaringan, tapi di sisi lain juga banyak menimbulkan efek negative. Social pressure online dan online bullying menjadi dua poin mengapa hidup terasa lebih berat bagi Millenial. Ditambah, muncul fenomena baru bernama FOMO atau fear of missing out yaitu saat seseorang merasa gelisah dan takut akibat merasa ‘tertinggal’ apabila tidak update dengan sosial medianya. Efek stress yang ditimbulkan karena penyebab-penyebab tersebut pun beragam. Dari mulai rasa cemas yang berlebihan, kurang motivasi dan hilang fokus sampai depresi sehingga menyebabkan memudar nya potensi yang harus dimaksimalkan oleh generasi milenial.
Tentu dari semua alasan dan isu-isu tersebut masalah yang muncul pada pribadi di Indonesia sangat memiliki dampak yang besar untuk Indonesia. Jika masalah ini terjadi pada generasi milenial sebagai penerus tentu akan membuat masalah majunya suatu negara, apalagi Indonesia sebagai negara berkembang tentu akan menghambat generasi emas 2045. Karena 25, 87% generasi milenial hidup berdampingan dengan teknologi dan informatika.
Mungkin kita harus mengilas balik beberapa pertanyaan yang harusnya muncul dipikiran kita apakah kita sebagai generasi milenial bisa bersaing dengan teknologi yang berkembang pesat demi mewujudkan generasi emas 2045. Maka untuk menyelesaikan permasalahan yang muncul tentu sebagai generasi milenial kita harus mengupayakan langkahlangkah sebagai berikut:
1. Menyemarakkan semangat pemuda sebagai generasi milenial terpenting dalam hal pengembangan skil dan iptek agar bisa bersaing dengan hadirnya teknologi baru;
2. Meningkatkan dan mengembangkan penguatan karakter generasi milenial melalui nasionalisme, kemandirian, religious, integritas, dan gotong royong serta kebhinekaan global;
3. Mengoptimalkan pengetahuan dan keterampilan abad 21, berpikir kritis, kreativitas dan inovasi, kolaborasi dan informasi. Serta mengawasi perkembangannya agar siap berada di garda terdepan guna menjadi tonggak utama perkembangan negara dimasa depan;
4. Memfasilitasi kebutuhan pemuda dengan memaksimalkan penggunan uang negara baik dari segala aspek yang bertujuan untuk mengoptimalkan potensi pemuda ataupun aspek penunjang perkembangan pemuda;
5. Berdasarkan profil pemimpin pancasila, sebagai penerus bangsa yang sadar akan perkembangan teknologi saya akan membuat kampanye digital yang isinya mengajak serta memberikan kesadaran untuk para generasi milenial yang hidup berdampingan dengan teknologi dan bahaya yang didapat apabila generasi milenial tidak mampu bersaing dengan teknologi;
Maka pemuda sebagai generasi milenial harus mampu bersaing dengan hadirnya teknologi modern, agar generasi emas 2045 dapat tergapai dengan hadirnya penerus bangsa. Pemuda harus bisa mengusai teknologi, bukan teknologi yang menguasai pemuda. Kalau bukan sekarang kapan lagi? , kalau bukan kita siapa lagi?.
Gamyanda Adry Perdana, Mahasiswa Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Jurusan Dokter Hewan
DAFTAR PUSTAKA
https://www.idntimes.com/business/economy/hana-adi-perdana-1/bps-penduduk-indonesiadidominasi-millennial-dan-generasi-z (22 Januari 2021, 17.20)
https://www.kompasiana.com/dininur/5cecf4c695760e373910cea3/tantangan-generasimilenial-dalam-menghadapi-society-5-0 (28 Mei 2019, 15:43)
https://www.wlb.co.id/definisi-society-5-0-dan-unsur-apa-saja-yang-diperlukan/ (18 September 2021, 15:02)
https://www.ganto.co/berita/4251/tantangan-milenial-di-era-society-5-0.html (28 September 2021, 23:22) https://kumparan.com/temali/5-tantangan-besar-yang-dihadapi-oleh-millenial-dan-gen-z1sK7wqHGCDo/full ( 25 November 2019, 22:53)