BERTEMPAT di Gedung Nasional, Karimun, Rabu (04/10/2023) lalu telah dilaksanakan kegiatan yang diikuti oleh para dai/ daiyah Kabupaten Karimun. Semacam pembinaan dai atau muballigh di kabupaten ‘berazam’ ini. Nama kegiatannya Program Cinta Dai yang dilaksanakan oleh Baznas (Badan Amil Zakat Nasional) Provinsi Kepri bekerja sama dengan Baznas Kabupaten Karimun. Kegiatan satu hari, itu dibuka resmi oleh Bupati.
Seperti sudah dinformasikan di sini sebelumnya, kegiatan pembinaan dai, ini diikuti oleh 100 orang muballigh/ muballighoh atau penceramah se-Kabupaten Karimun, khususnya para dai yang berasal dari empat kecamatan di Pulau Karimun (Kecamatan Karimun, Meral, Tebing dan Meral Barat). Ada juga beberapa orang dari luar sebagai perwakilan PMKK (Persatuan Muballigh Kabupaten Karimun).
Hal penting dari kegiatan itu adalah untuk memberikan pencerahan keapda para dai/ daiyah yang terpilih untuk ikut agar para dai ini menjadi dai yang disenangi atau dicintai masyarakat. Meskipun secara umum para muballigh, ini adalah orang-orang yang disukai oleh masyarakat, diharapkan dengan kegiatan ini para dai lebih disenangi atau lebih dicintai lagi oleh masyarakat atau oleh penyimak kajiannya.
Itulah salah satu harapan dan tujuan diselenggarakannya kegiatan Program Cinta Dai ini, kata Ketua Baznas Provinsi, A. Rusman saat menyampaikan pidato sambutan di sesi pembukaan kegiatan. Begitu juga yang disampaikan oleh Ketua Baznas Kabupaten Karimun, H. Nasrial di sesi yang sama. Tentu saja ini harapan yang baik dan tidak berlebihan. Bagaimanapun, tidak menutup mata terhadap kemungkinan masyarakat yang tidak atau kurang menyukai seorang pendakwah dengan berbagai alasan. Hal begitu pun adalah hal yang lumrah.
Untuk kegiatan Program Cinta Dai yang merupakan kegiatan pertama kali dilaksanakan di Karimun, Baznas menunjuk tiga orang narasumber sebagai pemateri. Ketiga narasumber itu adalah Dr. Firdaus (Wakil Ketua Baznas Provinsi Kepri), Drs. H. Zamzuri (Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Karimun) dan Drs. H. Afrizal (Ketua MUI Kabupaten Karimun). Ketiganya bergantian memberikan materi, dari pagi hingga sore hari. Semua peserta tampak antusias mengikuti kegiatan.
Tiga narasumber yang berbicara di hadapan para peserta, satu titik simpul dari ketiga narsum itu mengingatkan pentingnya dai yang disenangi dan dicintai oleh jamaah atau masyarakat. Seperti disampaikan Dr. Fauzi, misalnya, para ustaz, dai dan kiyai, ini harus terus menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada. Kemajuan teknologi juga mesti diikuti. Begitu dia mengingatkan. Sementara dua orang narsum lainnya pun mengingatkan agar para dai berusaha terus untuk menajdi dai yang dicintai masyarakat.***.