1 Views
BEBERAPA bulan lalu pengurus MUI (Majelis Ulama Indonesia) Kabupaten Karimun mendapat pengaduan dari umat, ada video di medsos berisi siswa-siswi plus guru-guru kuyup bajunya. Disiram menggunakan air dari mobil Damkar. Mobil itu tentu saja milik Pemerintah Daerah. Dan karena sebagiannya perempuan, jilbabnya juga kuyup selain bajunya.
Video itu sampai ke Ketua MUI. Diapun menonton joget-joget sambil berkuyup-kuyup itu. Lalu Pak Ketua membawa ke dalam rapat pengurus. Dibahas. Diulang-ulang menontonnya. Kesimpulannya, MUI wajib bersikap. Ini tidak baik. Para guru dan siswa yang sudah duduk di bangku SLTA tidak elok mandi-mandi di halaman sekolah sambil berjingkrak-jingkrak begitu. Diposting pula di media. Tentu saja disaksikan oleh umat sedunia.
Karena rentan pakaian basah yang tipis itu akan membayangkan apa yang ada di balik bajunya maka tentu saja tidak pantas ditonton secara terbuka. Lagi pula, baik baju siswa maupun baju gurunya, itu adalah pakaian dinas. Guru memakai baju dinas sebagai PNS-nya sementara siswa memakai baju dinas sekolahnya. Mosok baju kebanggaan lembaga dibuat mandi-mandi begitu? Di depan umum (karena dishare di media) itu. Itu salah satu yang MUI lihat tidak baiknya.
MUI pun memanggil pihak sekolah. Diingatkan dan mereka berjanji untuk tidak akan melakukannya lagi. Itu dinilai bertentangan dengan agama dan juga budaya. MUI pun menyurati pihak-pihak terkait sebagai peringatan. Tujuan MUI sebagai pelayan dan pengawal akidah adalah untuk kebaikan umat dan masyarakat pada umumnya. Juga meluruskan budaya yang tidak sesuai dengan budaya daerah sini.
Ternyata hari ini, Jumat (09/06/2023) ini pengurus kembali mendapat video yang sama. Mandi-mandi disiram oleh semprotan mobil Damkar di halaman sekolah. Hanya saja kali ini oleh sekolah di tingkat SD, jika melihat fotonya. Tidak kelihatan pula para guru atau siswa yang kuyup-kuyup itu. Boleh jadi karena tidak disorot dekat oleh pemotretnya.
MUI belum tahu apakah itu juga dishare di medsos seperti kasus sebelumnya. Tapi tetap saja ini tidak baik. Mengapa harus kelulusan dibarengi dengan berkuyup-kuyup ria? Tidak adakah cara lain untuk menyalurkan rasa gembira karena lulus sekolah? Ada banyak banyak bentuk syukur dan bentuk gembira yang bisa dilakukan.
Meskipun baru hari ini laporannya, mungkin saja MUI akan merespon lagi dengan menggelar rapat pengurus lagi. Waduh, mengapa harus ada lagi kuyup-kuyup begitu? Apakah itu memang sudah menjadi budaya daerah kita? Harusnya tidak. Walaupun di bagian lain ada yang melakukannya, kita di sini tidak usahlah. Sekali lagi, ada cara lain untuk menyalurkan rasa haru dan gembira.***