PUASA adalah ibadah yang bersifat pribadi. Maksudnya rahasia diantara orang berpuasa dengan Allah Taala saja. Tidak ada campur tangan dan sepengetahuan orang lain. Mungkin orang lain tahu kita berpuasa tapi sebenarnya hanya Allah saja yang benar-benar tahu. Itulah artinya puasa yang bersifat personal alias rahasia antara kita dengan Allah itu.
Jika puasa begitu pribadi sifatnya, berarti puasa itu adalah hubungan khusus antara Allah dengan orang yang berpuasa saja. Semakin baik dan semakin terjaga hubungan khusus ini dengan Allah artinya semakin besar kemungkinan puasa itu benar-benar terlaksana sesuai ketentuannya. Sesuai perinsipnya, sebagai ibadah personal yang hanya diketahui Allah.
Konsekuensi pemikiran bahwa puasa semata hubungan personal antara hamba dengan kholiq maka besar kemungkinan bahwa hubungan ini menjadikan hamba benar-benar sadar bahwa Allah sajalah yang akan menjadi tempat tumpuan hubungan. Hubungan selain kepada Allah boleh jadi tidak atau kurang diperhatikan.
Jika ini yang terjadi tidak mustahil hubungan dengan makhluk Allah lainnya, terutama hubungan sesama manusia pun akan terabaikan. Karena fokus dan hanya mementingkan hubungan kepada Allah semata, lalu hubungan dengan manusia lainnya dibiarkan tidak lagi terhubung. Jika ini yang terjadi, pastilah Tuhan juga tidak akan menghargainya.
Allah sudah dengan jelas mengingatkan bahwa menyia-nyiakan salah satu hubungan, antara Allah dengan manusia di satu sisi dan antara manusia sesama manusia di sisi, itu akan menyebabkan Allah juga akan mjurka. Kata Allah dalam satu fairman-Nya, bahwa akan kesulitan atau akan mengalami masalah setiap manusia kecuali dia (manusia) menjaga hubungan dengan Allah dan hubungan sesama manusia.
Itulah sebabnya tidak dianjurkan menjaga hubungan baik semata-mata hanya kepada Allah. Hubungan dengan Allah yang baik akan tetap baik dan menjadi lebih jika hubungan baik dengan Allah itu dilengkapi dengan hubungan baik sesama manusia juga. Inilah yang disebut komunikasi dua arah, dengan Allah dan dengan sasama manusia.
Pesan-pesan ini, adalah salah satu pesan agama yang sempat saya sampaikan di masjid Baitul Karim di awal Ramadan kemarin. Itu terjadi pada kesempatan mengisi ‘kultum’ qobla zuhur yang kebetulan jadwalnya adalah jadwal saya sendiri. Terima kasih, jamaah sudah mendengar; terima kasih, pengurus masjid karena memberi kesempatan; sebagaimana saya terlebih dahulu mengucapkan terima kasih kepada Allah karena diberi restu untuk menyampaikan.***