Catatan M. Rasyid Nur
JIKA malam pertama tarwih Ramadan 1444 (2023) saya ikut rombongan
bupati bersafari Ramadan di Masjid Agung (Kabupaten) Karimun dan malam kedua
saya tarwih di Masjid Al-Ubudiyah, Wonosari, malam ketiga, Jumat (24/03/2023) ini saya
mengisi jadwal Santapan Rohani Ramadan di Surau Baitul Amanah, Bukit Tembak,
Sungai Pasir, Meral. Ada kesan tertsendiri bagi saya mengisi jadwal di surau
baru yang ternyata inilah Ramadan pertamanya.
Pengalaman dan catatan pertama saya yang membuat kesan tersendiri, itu
adalah ketika saya mencari lokasi surau baru ini, saya merasakan sedikit kesulitan. Sebagai surau baru, tentu
saja baru pertama kali juga bagi saya untuk menemukan tempatnya. Inilah pertama
kali saya berjamaah di sini. Itu membuat saya tidak mudah mencarinya. Di jawal Santapan Rohani tertera alamatnya di Bukit Tembak, Sungai Pasir, Meral. Tapi dimana? Tanya saya saat membaca pertama.
Sorenya saya mencoba menelpon pengurus yang nama dan nomor
HP-nya tertera di jadwal Santapan Rohani Ramadan Kecamatan Meral. Pak Sumantri,
nama pengurus itu, alhamdulillah berkenan menjawab telpon saya. Dalam
percakapan telpon itu dia menjelaskan lokasi surau. Saya pun merasa kalau
tempat yang dijelaskannya itu saya pahami.
Malamnya, setelah magrib saya kembali mengingat penjelasan
Pak Sumantri. Saya tidak ingin tersesat mencari surau itu nanti. Tepat pukul
19.15 saya berangkat dari rumah. Sesampainya di titik yang dia jelaskan, saya
kembali menelponnya. Surau itu belum saya temukan. Kebetulan seseorang saya
temukan di simpang yang dikatakan Pak Sumantri. Akhirnya orang inilah yang
mengantarkan saya ke surau Baitul Amanah setelah saya jelaskan tujuan saya sampai di lokasi itu. Mungkin dia melihat saya seperti orang tersesat.
Alhamdulillah, saya sampai juga setelah diantarkannya. Saya melihat sudah ada
beberapa orang jamaah di dalamnya. Di luar surau, di teras sebelah kanannya
saya melihat beberapa orang jamaah sedang duduk-duduk. Sepertinya mereka tengah
istirahat sambil minum dan makan kue sehabis salat magrib tadi. Salah satu dari mereka menghampiri saya. Saya jelaskan kalau saya akan bertugas malam ini di surau itu.
Sampai waktu masuk untuk solat, seorang jamaah melaksanakan
tugas sebagai muazzin. Dia mengumandakan suara azan dengan nyaring untuk memanggil jamaah. Sementara para jamaah
pun semakin ramai datang. Singkat catatan, salat isya pun dimulai. Dan setelah
itu giliran saya untuk memberikan tausiah singkat, santapan rohani Ramadan. Selebihnya melaksanakan salat tarwih dengan jumlah rakaat tariwihnya 8 ditambah tiga rakaat salat witir.
Saya merasa bersyukur karena akhirnya saya dapat
melaksanakan kewajiban saya. Jamaahnya juga saya rasa sangat antusias
melaksanakan ibadah Ramadan ini. Kata seorang jamaah, tahun ini adalah tahun
pertama surau itu menggelar salat tarwih.***