ADA pesan dalam kalimat kiasan berbunyi, “Janganlah Menjadi Kerbau yang Dicocok Hidung Tapi Jadilah Manusia yang Seutuhnya.” Maksud kalimat itu adalah agar kita mempunyai pendirian –yang baik– dalam bersikap. Tidak mengikuti saja tanpa berpikir. Pesan itu diulang kembali di sini. Baik untuk diri sendiri maupun untuk bersama semoga ada gunanya.
Kelebihan manusia dibandingkan hewan itu karena dikasih akal oleh Allah. Artinya manusia bisa berpikir untuk menentukan sikap terbaik dengan akalnya untuk tidak didoktrin orang lain begitu saja. Lalu terhanyut dengan fitnah dan cerita orang lain. Kenyataan ini sedikit-banyak terjadi bisa karena pengaruh medsos yang tidak benar dan lain sebagainya.
Orang yang karakternya seperti kerbau, yang mudah ikut apa kata orang, percaya apa saja cerita dan fitnah orang, bagaikan kerbau yang dicocok hidungnya, orang berkata apa saja dia percaya, meskipun berita tersebut tidak benar, orang cerita apa saja, dia percaya padahal itu fitnah dan berita hoax, maka ini tentu saja sangat berbahaya. Dan diingat bahwa karakter begini jauh dari sifat manusia yang diberi akal sempurna oleh Allah.
Dalam Al Qur’an, surat Al-Hujurot, hal ini diceritakan secara panjang lebar, bahwa kita harus berhati-hati dengan setiap kabar dan informasi yang datang. Harus ditabayyun atau diklarifikasi terlebih dahulu kebenaran informasi tersebut. Jangan mudah percaya, khususnya yang bersifat negatif, menjelekkan orang lain, memburukkan orang lain, dan memfitnah orang lain, misalnya.
Kalau kita mudah terombang-ambing dengan berita yang masuk tanpa menggunakan akal dan perasaan untuk mengklarifikasi dan menguji kebenaran informasi tersebut, apa bedanya kita dengan kerbau yang dicocok hidungnya itu? Kerbau kita pahami tidak berpikir atas apa yang disuruh tuannya. Ini akan membuat kita mudah terombang-ambing, mudah ikut-ikutan fitnah yang tidak bertanggungjawab. Sebaiknya.kita menjadi manusia seutuhnya yang punya akal dan pikiran. Gunakan akal dan pikiran dengan amanah karena itu semua pasti akan dipertanggungjawabkan kelak di hadapan-Nya.
Lindungi akal dan pikiran dari debu dan kotoran informasi yang bisa merusak sifat kemanusiaan kita. Itulah aset termahal kita. Kita jahat sesungguhnya bersumber dari cara berpikir yang salah. Kita baik juga bersumber dari cara berpikir baik. Mari kita berharap dan berusaha agar akal-pikiran kita dapat kita pergunakan sesuai peruntukan dari Allah Swt.***