BERTEMPAT di Hotel Aston, Tanjungbalai Karimun, Jumat (12/08/2022) pagi itu dilaksanakan satu acara penting, disebut Dialog Agama. Dihadiri oleh para pimpinan Ormas (Organisasi Masyarakat) dan Organisasi Keagamaan serta para tokoh agama menjadi narasumber pada acara itu Bupati Karimun, Kapolres, Kakanwil Kemenag Kepri, Kepala Imigrasi, Ketua MUI Provinsi Kepri dengan moderatornya Ketua MUI Kabupaten Karimun. Dua dari lima nama narasumber itu hanya diwakili karena Kepala atau pimpinan tertingginya tidak bisa hadir, Kanwil Kemenag dan Imigrasi Kabupaten Karimun.
Judul acara yang tertera di spanduk besar yang terpampang di depan Meeting Room Aston Hotel tempat berlangsungnya acara, itu berbunyi, “Dialog dan Silaturahmi Ormas/ Organisasi Keagamaan Beserta Elemen Masyarakat.” Para peserta dialog duduk berkelompok pada kursi-kursi yang melingkari meja bundar di ruang yang sangat luas itu. Sementara para narasumber duduk di atas panggung di depan peserta. Bentuk dialognya diawali dengan pemaparan materi oleh semua narasumber.
Setelah dibuka oleh moderator, tampil pertama menyampaikan materi adalah Bupati Karimun, Dr. H. Aunur Rafiq, S Sos M Si. Dalam pemaparannya kurang lebih tujuh menit (sesuai ketentuan dari moderator) bupati menjelaskan bahwa Pemerintah Daerah sudah menyampaikan himbauan kepada salah satu aliran yang selalu menjadi sebab resahnya masyarakat. Dia meminta agar masyarakat saling bantu mengatasi masalah aliran Syiah dan aliran lainnya yang dapat menimbulkan perpecahan diantara masyarakat. Pemerintah ingin daerah kita dan masyarakatnya aman dan tentram sehingga mudah untuk melanjutkan pembangunan.
Giliran kedua tampil Kapolres Karimun, AKBP Toni Pantano yang dalam paparannya kembali menegaskan pentingnya kondusifitas daerah. Maka perlu semua kita menjaga ini. Jangan ada yang membuat resah. Begitu dia menghimbau. Terkait dengan Yayasan Nainawa sebagai markas Syiah untuk melaksanakan kegiatan ritualmya, silakan dilaksanakan secara intern saja. Tidak mendatangkan orang luar, tidak menggunakan pengeras suara yang dapat memancing salah pengertian. Kepada masyarakat Kapolres meminta untuk membantu usaha pemerintah dalam menjaga keamanan. Kata Kapolres, “Kalau kamtib tak kondusif, keluarga kita juga tak aman berkegiatan,” ingatnya.
Pemateri berikutnya adalah Kakanwil Kemenag Kepri yang diwakili oleh salah seorang pejabatnya, Titik Hindun. Bu Titik setelah menyampaikan salam Kakanwil, Kabg TU, Kabid Bimas Islam, dia menyatakan bahwa kegiatan ini adalah usaha menjaga komitmen kondusifitas masyarakat. Selain aliran Syiah juga ada info kalau di Karimun ini juga ada aliran Salafi. Konon aliran sudah mulai meresahkan masyarakat. Perlu dialog ini agar semua pihak dapat berkontribusi menjaga ketenangan bersama. Bu Titik juga menjelaskan bahwa aliran sesat adalah jika faham itu bertentangan dengan syariah serta sudah difatwakan sesat. Untuk hal itu saat ini Kanwil Kemenag juga berkoordinasi dengan Pusat agar mekanisme penyelesaiannya tidak menimbulkan masalah.
Pemateri berikut adalah Kepala Imigrasi Karimun yang diwakili oleh Sofian Kasim Sani. Dia menjelaskan salah satu fungsi imigrasi adalah pelayanan masyarakat bepergian/ datang dari dan ke luar negeri dalam rangka menjaga kedaulatan negara. Imigrasi bisa menolak seseorang untuk masuk atau keluar dari Negara sesuai ketentuan. Berkaitan dengan informasi akan datangnya orang-orang dari luar negeri ke sini berkaitan perayaan Asyura oleh Syiah pihak imigrasi akan memastikan itu tidak akan diizinkan jika akan menimbulkan kegaduhan dan keresahan di tengah masyarakat. Lalu bagian terakhir memberikan materi adalah Ketua MUI Provnsi Kepri, KH. Bambang Maryono. Kata Kiyai Bambang, bicara masalah agama juga terkait masalah kebangsaan. Insan (manusia) makna hakikatnya adalah aman, damai dan menenangkan. Lebih jauh kiayi menyatakan bahwa agama itu pada intinya adalah untuk menuju keamanan. “Agama dan negara tidak boleh bertolak belakang,” pesan Kiyai Bambang.
Setelah semua narasumber menyampaikan materi masing-masing dilanjutkan dengan sesi tanya-jawab. Ada beberapa orang yang mengajukan pertanyaan terkait pentingnya dialog agama ini agar kekuatan agama itu menjadikan umat juga semakin kuat. Kuat dalam memeliharan dan menjalankan agama, juga kuat untuk memelihara dan menjaga bangsa dan Negara.***