Catatan M. Rasyid Nur
UNTUK melaksanakan silaturrahim lazimnya orang mesti saling bertemu. Dengan pertemuan itu terjalin silaturrahim. Sayangnya tidak selalu mudah untuk bertemu. Jarak rumah dan tempat tinggal yang berjauhan akan menjadi salah satu kendala untuk itu. Haruskah silaturrahim menjadi korban? Tentu tidak harus begitu.
Melalui komunikasi jarak jauh segala sesuatunya dapat ditempuh. Melalui tulisan, misalnya orang juga bisa serasa bersalaman. Itulah beda orang-orang yang menggunakan talenta berkarya
(tulis) dengan orang-orang yang tidak menggunakannya. Boleh jadi semua orang
memiliki talenta yang sama, tapi mungkin tidak semua orang menggunakannya. Bagi yang menggunakannya,
sekurang-kurangnya dia akan terhubung dengan pembaca tulisannya. Maka
terjalinlah hubungan jiwa dan rasa. Hubungan pertemanan dan keakraban diantara keduanya.
Hubungan pertemanan dan keakraban, kini tidak selalu harus
dikarenakan secara pisik orang berdekatan. Tidak juga karena harus bersemuka setiap
kesempatan. Tapi dapat dihubungkan oleh tulisan. Saling menyampaikan pesan,
harapan dan keluhan. Apapun bisa tersampaikan lewat tulisan. Alat-alat
penghubung (IT) telah membuka kesempatan untuk berhubungan diantara orang yang tidak berdekatan.
Dengan sebuah HP pintar (android) yang dimiliki, misalnya hubungan
melalui dunia maya yang tersedia telah menyebabkan jarak sangat jauh tidak
terasa jauhnya. Semua orang yang terhubung oleh jaringan internet melalui alat canggih
seperti HP atau laptop, itu serasa tetap berada di tempat yang sama pada saat
terhubung. Tulisan, gambar dan suara juga ada pada layar yang ada di hadapan kita.
Ketika Idul Fitri seperti saat ini kita memang ingin tetap bersilaturrahim
meskipun jarak diantara satu dengan lainnya berjauhan. Dan harapan itu terbukti tidak sulit dilakukan. Dengan tulisan bahkan gambar yang terkirim kita sudah
merasa sudah bersama, berbicara bersama, tersenyum bersama dan seterusnya bersama. Maka
silaturrahim itu terus ada bersama kita.
Jadi, rumah dengan alamat yang nun jauhnya entah di mana di
antara satu dengan lainnya, alhamdulillah tidak menjadi masalah. Kita tetap
bisa menyatu dalam rasa dan jiwa kita. Penentu utamanya adalah harapan dan
kemauan untuk tetap menjaga komunikasi di antara kita.***
Juga di mrasyidnur.gurusiana.id