1 Views

AGAK terlambat saya masuk ruang zoom, webinar YPTD, Selasa (01/03/2022) malam ini. Kebetulan ada kegiatan lain juga dalam waktu bersamaan. Webinar bedah buku yang sejatinya sudah bermula pukul 19.30 saya baru bisa ikut menjelang pukul sembilan, malam ini. Namun saya merasa lumayan puas mengikuti sisa waktu kegiatan yang ditutup pukul 22.20 itu. Dilengkapi dengan tulisan yang diposting bu Chrisma Juita Nainggolan dalam bentuk reportase berjudul Dari Disertasi Menjadi Sebuah Buku saya posting tulisan ini.

Bintang utama webinar malam ini adalah Bapak Dr. Hadiyan, seorang dosen di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Buku belyaulah yang dibedah, malam ini. Dan buku itu sangat istimewa karena berupa hasil penelitian dan kajian balyau yang dipertahankan saat meraih gelar doktor. Lalu bintang keduanya adalah Bapak Prof. Zainun Kamaluddin Fakih, guru besar di Perguruan Tinggi yang sama. Pak Prof ini bertindak sebagai pembahas buku Pak Doktor Hadiyan. Dan untuk diketahui, belyau pula yang menjadi pembimbing tesis ini. Luar biasa. Selain dua bintang ini juga ada bintang lain, Pak Thamrin Dahlan, Founder YPTD yang malam ini bertindak sebagai moderator dan Ibu Chrisma Nainggolan yang bertindak sebagai host webinar.

Kata Bu Chrisma dalam repostasenya, secara umum, kita lebih suka membaca buku-buku ringan, seperti cerbung, novel kekinian, dan sebagainya. Kening kita akan berkerut ketika dihadapkan pada tulisan ilmiah. Namun sepertinya pendapat saya tersebut dimentahkan oleh DR Hadiyan. Maksud Ibu ini, alam webinar malam ini terbukti para peserta begitu antusias menyimak dan mengikutinya. Tidak ada dahi yang berkerut. Semuanya menikmati karena begitu pentingnya pengetahuan yang ada dalam buku itu.

Ada catatan menarik di sini. Konon, ketika Pak Hadiyan akan menyelesaikan studi S3, pihak kampus memberikan syarat akhir, yaitu disertasi harus diubah menjadi buku. Maka, sebagai seorang akademisi yang selama ini menekuni literasi, hal itu bukanlah sesuatu yang sulit bagi Doktor ini. Karena itulah maka disertasi ini akhirnya menjadi buku dan diterbitkan oleh YPTD. YPTD pula yang membedahnya malam ini agar semua orang memahami dan boleh jadi tertarik dengan isi buku ini.

Buku Pak Doktor ini berjudul ‘Tafsir Mu’tazilah’ yang memuat beberapa hal pokok, antara lain,
1. Tafsir Mu’tazilah;
2. Mengenal al-Kashshaf dan al-Zamakhshari;
3. I’jaz dan Munasabah Al Qur’an;
4. Munasabah Al Qur’an dalam Tafsir al- Kashshaf;
5. Pergeseran Makna al-I’jaz Al Qur’an dalam Tafsir Mu’tazilah.

Data itu dari tulisan teman kita itu tadi. Bagi kita yang belum secara langsung melihat dan membuka bukunya, tentu saja masih menjadi pertanyaan apakah masih ada bagian-bagian lain yang dibahas di dalamnya. Pastinya, dari uraian dan pembahasan yang tampil dalam webinar ini dapat dipastikan betapa pentingnya buku ini bagi kita. Terungkap dalam webinar, dengan bahasa yang sangat mudah Pak Dr. Hadiyan menjelaskan bab demi bab secara baik meskipun hanya singkat-singkat saja. 

Saat pembahasan oleh ‘pembedah buku’, Pak Prof. Zainun Kamaluddin Fakih peserta webinar semakin memahami bagaimana dan seperti apa isi buku ini. Kata Pak Prof, dalam usaha membahas Tafsir Mu’tazilah, sebagai materi dalam buku ini sangat diperlukan kehati-hatian kita. Tujuannya supaya kita tidak terjebak pada sikap pragmatisme. Begitu salah satu pernyataan Pak Prof dalam pembahasannya. Bagaimanapun pemahaman kepada Tafsir Mu’tazilah agak berbeda dengan pemahaman secara umum. “Diperlukan akal dan pikiran,” katanya. 

Salah satu pernyataan sekaligus sebagai penjelasan Pak Prof. Zainun, dia mengatakan, bahwa Allah itu memberikan petunjuk bagi manusia supaya mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Setiap perbuatan baik akan diganjar dengan kebaikan, sebaliknya setiap keburukan juga akan diganjar dengan keburukan atau dosa. Jika begitu, kita sebagai manusia, hamba Allah tinggal memilih apakah menjadi sosok yang ta’at atau menjadi orang yang ingkar. Akal pikiran kita akan memutuskannya.
 

Prof. Zainun juga mengingatkan bahwa kewajiban amar ma’ruf nahi munkar sudah ditetapkan Allah. Inilah yang menjadi landasan Mu’tazilah. Dan kita juga harus memahami hubungan antara Surah dan Asbabun Nuzul dari satu ayat yang pada hakikatnya dapat dipahami dari konteks sosial, budaya atau politik dalam masyarakat.

Ada pesan khusus disampaikan oleh Pak Zainun adalah bahwa untuk menjadi ahli tafsir, kita wajib menguasai bahasa Arab. Kenapa? Karena Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab. Mustahil kita memahami makna baik secara mantik maupun secara logika, apa yang terdapat dalam setiap ayat alquran. Perlu dan wajib bagi orang yang ingin menjadi ahli tafsir untuk menguasai Bahasa Arab.

Saya ingin mengatakan bahwa webinar malam ini memang terasa istimewa. Itu jika dilihat dari sisi materi atau buku yang dibedah. Buku ini bermateri sangat berat. Belum tentu akan disukai oleh sebagian besar orang. Namun, seperti dijelaskan di depan tadi, ternyata peserta webinar sangatlah antusias mengikutinya. Semoga nanti kita berkesempatan memiliki dan membaca buku ini.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *