Dalam situasi covid masih menghimpit peringatan Israk-Mikraj 1443 yang di kalender jatuh pada Senin (28/02/2022) ini tidak termasuk hari terjepit. Senin adalah awal pekan yang lazimnya kita memulai pekerjaan di sekolah atau di kantor. Tapi hari ini kita libur. Libur Nasional. Kita libur untuk kesempatan melaksanakan peringatan berkaitan keimanan. Israk-Mikraj. Kisah Israk-Mikraj adalah kisah iman yang kokoh dan subur. Hanya iman yang melekat yang akan lekat keyakinan juga seumpama amanat. Memperingati Israk-Mikraj di era covid begini semakin perlu keteguhan keimanan.
Bahwa Peringatan Israk-Mikraj sudah menjadi peringatan utama bagi kita (muslim) Indonesia pun sudah sama-sama dimaklumi dan diyakini. Satu hal penting bagi kita bahwa pada kejadian dan peringatan Israk-Mikraj ini ada banyak hikmah dan pelajaran yang bisa diambil. Tentu saja disesuaikan juga dengan kondisi terkini, termasuk pandemi Covid-19 yang hingga hari ini masih bersama kita. Kita harus memperingatinya bersama covid yang masih terus mengintip.
Analogi berbagai cobaan yang diberikan kepada Nabi Muhammad Saw sebelum peristiwa Isra Mikraj, yang merupakan ujian untuk meningkatkan keimanan dapat pula kita kenang dan aplikasikan saat ini. Artinya covid ini pun adalah sebagai cobaan kita untuk meningkatkan kualitas keimanan kepada Allah Swt. Kita memperingati peristiwa bersejarah yang memerlukan iman kita, di sisi lain sekaligus kita dicoba dengan hadirnya virus sudah begitu lama. Tanpa iman boleh jadi kita akan keliru menerima kehadiran covid-19 ini.
Satu kata yang harus kita sepakati adalah bahwa peringatan Israk-Mikraj tahun 1443 bersamaan tahun 2022 ini adalah peringatan yang harus menerima keberadaan covid-19 ini juga. Itu berarti peringatannya tetap khidmat dilakukan sementara protokol kesehatannya juga tetap ketat dilaksanakan. Tidak mudah, tapi itulah cobaannya.
Di bagian ujung ini jika kita berharap momentum Isra Mikraj ini kita jadikan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt, sekaligus untuk meningkatkan amaliah ibadah yang sifatnya mahdhah dan ghairu mahdhah agar seimbang antara keimanan dan pikiran, tentu saja itu tidak berlebihan. Peringatan Israk-Mukraj yang begitu spektakuler kejadiannya di pikiran manusia hanya akan dapat diterima jika pikiran itu disejalankan dengan keimanan. Lalu harapan lainnya, kiranya kekuatan iman itu sekaligus menjadi penguat usaha dan ikhtiar kita untuk berusaha memerangi virus covid, maka peringatan Israk-Mikraj tahun benar-beanr menjadi peringatan terbaik bagi kita, bangsa Indonesia. Semoga.***