Lebih Dekat dengan M. Rasyid Nur, Penggiat Literasi Daerah Kepri

Catatan Siti Nurbaya AZ, SE

SISWA atau peserta didik mengenal sosok M. Rasyid Nur adalah sebagai guru. Dia memang guru.  Setelah pensiun dari PNS (Pegawai Negeri Sipil, kini disebut ASN, Aparatur Sipil Negara) sejak tahun 2017 dia masih berkhidmat di pendidikan yang tidak jauh-jauh dari sekolah dan guru. Saat ini dia diberi amanah oleh Pembina Yayasan Darul Mukmin (YDM), Dr. Muhammad Hasbi untuk mengelola sekolah-sekolah di bawah Yayasan Darul Mukmin Kabupaten Karimun. Bahkan sekaligus membantu mengelola Radio Azam dan Rumah Tahfiz, Darul Huffaz yang dimiliki oleh ouner yang sama, Pak Muhammad Hasbi dan isteri.
 
Kalau masyarakat umum, mungkin mengenal dia berbeda-beda. Orang-orang yang sering berurusan dengan alquran seperti TPQ, TPA, MTQ, STQ dan lainnya mungkin mengenal Pak Rasyid (begitu orang menyapa guru Bahasa Indonesia ini) sebagai pengurus LPTQ. Itu benar adanya. Belyau memang sudah menjadi pengurus LPTQ sejak 20-an tahun lalu di Karimun. Sejak awal LPTQ Kabupaten ada mengiringi lahirnya kabupaten M. Rasyid Nur sudah terlibat dalam kepengurusan LPTQ. Empat tahun terakhir (2017-2021) bahkan diamanahkan menjadi Ketua Harian lembaga yang bersintuhan langsung dengan alquran itu. Ketua Umumnya adalah Wakil Bupati Karimun, Pak H. Anwar Hasyim. Untuk periode 2022-2026 dia diminta menjadi Wakil Ketua Harian mendampingi Ketua baru, M. Syamsul Arif.
Dari beberapa sumber diperoleh informasi kalau Pak Rasyid sudah menjadi pengurus LPTQ sejak era Bupati Karimun pertama, Pak M. Sani. Terus berlanjut ke era Pak Nurdin dan kini sudah di era Pak Aunur Rafiq. Periode ini dia ditunjuk sebagai Ketua Harian mendampingi Ketua Umumnya Wakil Bupati Karimun, Pak Anwar Hasyim sejak tahun 2017. Jadi, tidak salah orang mengenalnya sebagai orang alquran juga. Dia memang tamatan sekolah agama –SLTP-SLTA di PGA– yang tentu tidak jauh-jauh dari Alquran. Konon, saat  masih bersekolah di PGA Pekanbaru dan masih mahasiswa Unri (Universitas Riau) dia mengajar mengaji ke rumah-rumah di Pekanbaru sana. Tidak salah kalau ada diantara kita mengenalnya sebagai orang alquran. 
Tapi jika ada yang mengenal Pak Rasyid sebagai tokoh masyarakat yang terlibat di beberapa Ormas (Organisasi Masyarakat) dan organisasi keagamaan, itu pun benar adanya. Dia juga ikut bersama tokoh-tokoh lain untuk berkecimpung di organisasi seperti MUI (Majelis Ulama Indonesia), FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama), Kwarcab (Kwartir Cabang) Pramuka, PMKK (Persatuan Muballigh Kabupaten Karimun) dan lainnya. Dia juga aktif di oragnisasi persukuan daerah asalnya, Kampar. Setelah pernah menjadi Ketua IKK (kini beranama Kampar Batobo Karimun) kini dia menjadi penasehat di organisasi Keluarga Kampar itu.  
Jadi, bagi masyarakat yang bergelut dengan organisasi (keagamaan, kemasyarakatan) maka masyarakat ini mungkin mengenalnya sebagai pengurus organisasi. Tidak masalah mengenalnya sebagai apa. Saya ingin melihatnya lebih dekat dari kesukaannya menulis. Konon, M. Rasyid Nur sudah suka menulis sejak masih anak-anak. 
Dalam satu catatannya di blog mrasyidnur.blogspot.com dapat ditemukan keterangan yang menyatakan kalau sarjana (S1) Jurusan Bahasa dan Seni yang mengajar pelajaran Bahasa Indonesia SMA ini sudah menyukai pelajaran menulis sejak di SD. Dulu, saat dia masih bersekolah di SD (Sekolah Dasar) sebagai sekolah awal, katanya dia sangat menyukai pelajaran menulis yang waktu itu dikenal sebagai Mata Pelajaran (MP) Mengarang. Dan dia menyukai setiap ada Pelajaran Mengarang oleh gurunya di SD, waktu itu. Setiap ada pelajaran mengarang gurunya akan memberikan pujian kepadanya. Begitu katanya di blog pribadinya yang dapat kita simak.
Saat di SLTP –dia melanjutkan pendidikan ke PGAP dan PGAA setamat SD– konon, dia masih menyukai Pelajaran Mengarang yang merupakan bagian dari Mata Pelajaran (MP) Bahasa Indonesia. Setiap ada pelajaran atau praktik membuat karangan, katanya dia akan merasa senang sekali. Sampai di kelas atas (saat sudah kelas lima dan enam PGA Pekanbaru) ketika guru Bahasa Indonesianya yang juga mengajar MP Menggambar, Pak Rasyid pun terbawa suka kepada guru menggambarnya ini. Nama gurunya, itu adalah Pak M. Nasir yang belakangan menjadi inspirasinya untuk melanjutkan kuliah dengan mengambil jurusan Bahasa dan Seni di Universitas Riau, Pekanbaru. Katanya, dia ingin seperti Pak M. Nasir yang adalah guru MP Bahasa Indonesia di PGA waktu itu.
 
Sebagai penyuka dan praktisi literasi Pak Rasyid membuktikan dengan selalu membuat tulisan (postingan), meskipun singkat setiap harinya. Di blog atau di akun FB (Face Book), misalnya tulisannya akan kita temukan setiap hari. Moto literasinya ‘Cintaku Literasi Kumenulis Setiap Hari’ memang dia buktikan dengan membuat tulisan-tulisan yang mengandung pesan atau informasi setiap hari. “Di akun facebok dan atau di grup WA dia selalu menulis. Tulisan yang agak panjang ada di blog,” katanya ketika pernah ditanya masalah hobinya menulis setiap hari.
Selain pernah menulis di media cetak seperti di harian Riau Pos (Pekanbaru), Batam Pos (Batam), Semangat, Singgalang (Padang), Pelita, Swadesi (Jakarta) dan beberapa majalah kini dia aktif menyalurkan hobi menulisnya di beberapa media online seperti blog atau website. Beberapa blog yang rutin diisinya antara lain, tanaikarimun.com, mrasyidnur.blogspot.com, koncopelangkin.blogspot.com (sempat menjadi website) kompasiana.com/mrasyidnur, mrasyidnur.gurusiana.com, dan beberapa lainnya. Jika diklik namanya di google juga bisa mengetahui siapa dia.
Pak Rasyid, oleh Media Guru pernah diberikan predikat sebagai Penggiat Literasi Daerah. Waktu itu tahun 2019 
Beberapa buku yang sudah diterbitkan ada berbentuk antologi alias buku yang ditulis bersama penulis lain, dan ada juga buku solo, buku karyanya sendiri. Berikut adalah buku-buku Pak M. Rasyid Nur yang sudah beredar di tengah-tengah masyarakat.
A. Buku Tunggal (buku solo): 
1) DUKA CINTA DI AWAL CITA, Kumpulan Cerpen Tercecer Remaja (Alaf Riau, Sept 2008); (edisi revisi) DUKA CINTA DI AWAL CITA Tujuh Belas Cerpen Remaja (Alaf Riau, Okt 2010/  DUKA CINTA DI AWAL CITA, Kumpulan Cerpen Remaja Tempo Dulu (Pustaka Media Guru, April 2019);
2) BAHTERA CINTA BERLAYAR SUDAH, Kisah Nyata Kepergian Isteri Tercinta (Unri Pers, Maret 2012);
3) SISOMBOU SASTRA RIAU, Dari Skripsi yang Terjiplak (Leutika Prio, Maret 2012);
4) MENJADI GURU IDEAL BUKAN UTOPIA, Rampai Opini Pendidikan Anggota PGRI (UR Pres, 2013/ Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Kepulauan Riau, 2015);
5) MAAFKAN AKU TERSESAT, Antologi Puisi (Pustaka Media Guru, April 2018);
6) BERLIBUR UNTUK BERHIBUR Catatan Perjalanan Seorang Guru (Pustaka Media Guru, April 2020);
7) SEMANGAT LITERASI UNTUK BERBAGI INSPIRASI (YPTD, September 2021). 
B. Buku Antologi (buku   bersama): 
1) JOKOWI BUKAN UNTUK PRESIDEN, Kata Warga tentang DKI-1 (Pt Elex Media Komputindo 
2) SELAMAT DATANG MAS NADIEM, Gagasan Literasi Maju untuk Menteri Baru (Pustaka Media Guru: Nov 2019) 
3) SATU DERAP SERIBU GIAT, Guru Penggerak Menjawab (Pustaka Media Guru, Mei 2020 = 123 penulis)
4) Kumpulan Pantun MUTIARA BUDAYA INDONESIA (Perkumpulan Rumah Seni Asnur, Nov 2020 = 359 penulis)
5) Kisah di Balik PANTUN MUTIARA BUDAYA INDONESIA (Perkumpulan Rumah Seni Asnur, Jul 2021 = 99 penulis)  
6)  PALUNG KERINDUAN Antologi Puisi (Milaz Grafika, September 2021 = 56 penulis)
Mungkin masih ada buku-bukunya yang belum tercatat di sini. Jika pembaca pernah melihat karya M. Rasyid Nur (dalam bentuk buku) berkenan menginformasikannya. Sebagai mahkota seorang penulis buku sangatlah penting bagi penulisnya. Buku itu akan melanjutkan nama penulisnya tetap ada meskipun penulisnya sendiri sudah tiada. Selamat berkarya untuk kita semua.***
*Hj. Siti Nurbaya AZ, SE, Guru Ekonomi SMA Negeri 2 Karimun, penulis buku MENJADI GURU BUKAN (TAK) MUDAH

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *