2 Views
SETELAH saya selesai mengumpulkan 42 artikel –berupa catatan– saya di salah satu blog ‘bersama’ yang membuka ‘Program Menulis 40 Hari Tiada Henti’ untuk dijadikan buku saya menghubungi orang-orang tertentu untuk memberikan sedikit masukan atau keterangan sesuai pandangannya terhadap tulisan saya itu. Kepada tokoh Melayu yang sudah saling kita kenal, Datok Rida K Liamsi saya meminta dibuatkan endorsemen calon buku saya itu. Kepada Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kepri, Dr. Muhammad Dali, MM saya pun meminta diberikan semacam kata sambutan untuk buku yang akan saya terbitkan itu.
Alhamdulillah kedua orang itu bersedia memberikan catatan mereka pada buku yang saya beri judul Semangat Literasi untuk Berbagi Inspirasi (SLBI). Datok Rida mengirimkan endorsemen singkatnya tapi begitu padatnya. Saya merasa tersanjung oleh endorsemen itu. Begitu pula dengan Kata Sambutan Pak Dali yang membuatkan satu halaman lebih sambutan yang membuat saya sangat dihargai dengan kehadiran buku SLBI ini.
Sebelum buku SLBI sampai ke tangan Anda saya mendahului memposting catatan kedua tokoh itu di halaman ini. Endorsemen dan Kata Ssambutan itu saya pastikan akan ada pada buku tersebut. Inilah endorsemen dan Kata Sambutan kedua tokoh Kepri itu.
Gerakan Literasi Nasional yang dicanangkan secara luas dan serentak di mana mana di negeri ini, mendapat ruang dan kekuatan untuk terus hidup dan berkembang, karena adanya para guru. Di semua tingkatan. Merekalah kekuatan terdepan untuk menjadikan leterasi yang wujud dalam bentuk kegiatan membaca dan menulis menemukan bentuk kontiniewuitasnya. Dan M Rasyid Nur, yang pernah lama jadi guru di Karimun, sebuah kabupaten di Selat Melaka ini, adalah salah satu ujung tombak itu. Dia bukan saja suka membaca, mampu menulis, tapi juga pandai bercerita.
Esensi terpenting dari Gerakan Literasi, itu adalah bercerita. Tradisi bercerita ini adalah bagian dari proses penerusan dari tradisi sastera lisan dalam masyarakat, terutama di kawasan berbudaya Melayu ini, karena sudah ada sejak lama dikenal apa yang disebut berpantun, bersyair, bergurindam dan berhikayat. Buku yang ditulis M Rasyid Nur, ini adalah proses bercerita dan menceritakan kembali pengalaman hidupnya, baik sebagai guru maupun sebagai tokoh masyarakat . Buku ini sangat berguna karena memberi laluan kepada tradisi literasi menuju masyarakat yang literat dan terbuka untuk menyerap semua budaya. Shabas! (Rida K Liamsi, Budayawan Melayu)
KATA SAMBUTAN KADISDIK PROVINSI KEPRI
Sejak dicanangkannya Gerakan Literasi Nasional (GLN) pada tahun 2016 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan fakta menunjukkan aktivitas leterasi terus berkembang maju hingga hari ini. Gerakan Literasi Nasional sebagai bagian dari implementasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti menyasar gerakan literasi sekolah hingga lahir Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Belakangan juga tumbuh Gerakan Literasi Masyarakat dan gerakan literasi lainnya.
GLS secara umum bertujuan untuk menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat. Sedangkan secara khusus gerakan ini dimaksudkan agar tumbuh budaya literasi di sekolah, meningkatnya kapasitas warga sekolah agar literat, menjadikan sekolah sebagai taman belajar dan lain-lainnya. Artinya sekolah menjadi hal yang paling penting untuk berkembangnya budaya literasi di Tana Air.
Terbitnya buku berjudul Semangat Literasi untuk Berbagi Inspirasi karya M. Rasyid Nur yang nota bene belyau sudah berkiprah sebagai seorang guru di sekolah sangat lama, saya harapkan ini menjadi pendorong warga sekolah khususnya dan masyarakat secara umum untuk termotivasi membina dan mengembangkan budaya literasi. Selaku Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kepri saya mengajak dan meminta seluruh warga sekolah untuk terus bergiat di ranah literasi. Tidak hanya untuk dirinya dan sekolah tempatnya mengabdi bahkan budaya literasi kiranya juga dikembangkan di lingkungan sekitarnya. Dalam masyarakat kita.
Saya berharap warga sekolah khususnya dan masyarakat pada umumnya menjadikan literasi, terutama di ranah kreativits tulis-menulis sebagai bagian kegiatan sehari-hari. Guru adalah pembelajar yang perlu memiliki keterampilan menulis. Untuk itu para guru wajib mengembangkan kompetensinya juga di ranah literasi. Sekali lagi saya menyambut baik terbitnya buku yang berasal dari tulisan harian penulisnya ini. Terbukti jika budaya literasi bisa hidup dan setiap hari bisa dipraktikkan maka akan lahirlah buku dari tangan-tangan guru yang aktif menulis ini. Buku adalah catatan dan sejarah hidup kita.
Terakhir saya mengucapkan terima kasih kepada M. Rasyid Nur yang telah membuktikan suka menulis sejak semasa masih PNS bahkan sebelumnya hingga hari ini. Semoga terus bisa melahirkan karya-karya lainnya untuk dapat mendorong teman-teman lainnya menulis buku. Semoga Allah mencatat ini juga sebagai amal-ibadah.
Saya tentu berharap kedua pikiran tokoh itu menjadikan buku saya ini memiliki nilai tersendiri di mata pembaca. Bagaimanapun, pandangan orang lain dalam satu buku yang diterbitkan pasti memiliki nilai tersendiri. Kini buku itu segera akan beredar dan siap untuk menjumpai pembaca.***