SUDAH kita ketahui bersama kalau pantun sudah menjadi milik dunia. Tidak lagi sebagai hasil sastra dan budaya dari satu bangsa atau satu bahasa tetentu saja. Dulu, pantun itu identik dengan bahasa Melayu. Pantun lebih dikenal dan berkembang di Negara dengan bahasa Melayu atau bahasa yang berakar Bahasa Melayu seperti Bahasa Indonesia.
Terhitung sejak akhir tahun 2020 pantun sudah menjadi milik dunia. Berarti sekaligus menjadi budaya dunia. UNESCO atau Badan PBB untuk Pendidikan, Sains dan Kebudayaan sejak 17 Desember 2020 telah menetapkan pantun sebagai warisan budaya dunia tak benda. Sejak itu artinya pantun sudah menjadi warisan dunia. Harus dijaga dan dipelihara juga oleh dunia.
Sebagaimana dirilis oleh banyak media bahwa penetapan pantun menjadi warisan dunia tak benda merupakan penetapan ke-11 bagi Indonesia yang diakui UNESCO. Sebelumnya, beberapa tradisi Tanah Air, semisal pencak silat, seni rakit perahu pinisi, tari saman, dan batik sudah ditetapkan badan PBB yang berkantor pusat di Paris, Prancis, itu. (https://mediaindonesia.com) Jadi, pantun sudah menjadi warisan dunia. Tidak lagi warisan negara atau bangsa tertentu saja.
Tentang pantun dengan segala imbasnya memang selalu enak dibicarakan. Enak juga membaca setelah tuntas menggubahnya. Sebagai Warisan Dunia Tak Benda yang berasal dari khazanah Melayu, Indonesia (salah satunya) tentu saja menjadi kebanggaan kita Bangsa Indonesia membicarakan pantun. Sepantasnya pula kita akan senantiasa menggubah dan membacanya.
Kali ini saya menggubah beberapa bait pantun untuk ajang silaturrahim kita. Seperti lazimnya kita akan saling bersilaturrahim di akhir pekan ini dengan tulisan-tulisan ringan. Salah satunya adalah menulis pantun. Dan pantun hari ini saya beri tema ‘ibu’ karena tiba-tiba saja saya mengenang ibu saya yang sudah tiada sejak lama. Selamat menikmatinya.
PANTUN IBU
I
Air di laut berwarna biru
Indah dilihat mata memandang
Ayo diikut perintah Ibu
Usah dibuat bak Malinkundang
II
Pasang teraju si layang-layang
Benang ditambah sampai angkasa
Ibu menyuruh anak sembahyang
Jangan dibantah nanti durhaka
III
Manisnya tebu tumbuh di taman
Pupuk melukut subur daunnya
Ridhonya Ibu ridhonya Tuhan
Bila diikut mendapat syurga
IV
Ditanam kacang tumbuhnya labu
Benihnya dua putik menguncup
Jikalau sayang kepada Ibu
Jauhkan dia sengsara hidup
V
Batang bambu dibelah dua
Mari diikat membuat bangku
Bila Ibu sudah tiada
Doa dihajat sepanjang
waktu
Demikianlah silaturrahim kita untuk literasi kali
ini. Semoga ibu kita dan seluruh keluarga kita senantiasa dalam keadaan sehat
senantiasa.***