PUKUL 14.30 kami baru sampai di pantai berpasir putih itu, Pantai Pelawan. Libur Ahad (14/02/2021) ini sebenarnya tidak ada rencana berlibur. Tidak ada rencana mau ke pantai seperti sering kami lakukan setiap akhir pekan membawa cucu. Tapi cucu pula yang akhirnya mengubah keputusan dari tidak ada rencana ke pantai, akhirnya ke pantai juga. Akiif, cucu tertua dari tiga bersaudara, itu merengek terus ke neneknya. “Nek, ayolah. Ajak Atok ke pantai.” Berkali-kali dia menyampaikan ke neneknya. Saya mendengar sejak menjelang siang itu.
Akhirnya setelah zuhur, Nenek-Atok sepakat juga dengan rengekan cucu. Demi cucu, kita pergi. Itulah sebabnya sore baru sampai di Pantai Pelawan. Tidak seperti biasanya. Kalau ada rencana ke pantai, mau mandi-mandi atau apapun, pasti kami bergerak di pagi hari. Setengah hari di pantai, menjelang zuhur sudah bisa bersurai. Biasanya solat zuhur terlebih dahulu di surau yang ada di pantai, baru kembali ke rumah. Tapi kali ini kami datang sore.
Pantai ini selalu dipenuhi pengunjung di hari Sabtu dan Ahad atau di hari-hari libur lainnya. Bersaing dengan Pantai Pongkar yang berada di Kecamatan Tebing, pantai ini memang menjadi alternatif tempat berlibur di hari-hari libur. Mencari tempat wisata yang paling dekat bagi masyarakat di Pulau Karimun, ya pantai Pelawan dan Pongkar. Hari ini kami laihat pengunjung memang tidak terlalu membludak.
Ahad inipun sesungguhnya masih suasana Imlek, Tahun Baru China yang jatuh pada hari Jumat (12/02/2021) lalu. Jadi, masih suasana libur sebenarnya. Biasanya di hari libur, apalagi berbarengan dengan liburan hari besar seperti Idul Fitri, Natal atau Imlek, pengunjung pasti sangat ramai. Namun, mungkin karena masih dihantui covid-19, pengunjung pantai hari sedang-sedang saja. Meskipun masih suasana Imlek dan hari libur (Ahad) tapi pantai yang berada di Kecamatan Meral, ini ternyata tidak terlalu padat. Ramai, ya. Bahkan juga ada acara hiburan dengan penampilan band dan beberapa penyanyi. Tapi tidak terlalu padat.
Para pengunjung pantai, sambil duduk-duduk di pendopo-pendopo sepanjang tepi pantai para pengunjung ini menikmati hiburan. Bagi yang ingin menjamu selera, ada aneka makanan yang dijual di kedai-kedai itu. Kami juga memesan minuman, air kelapa. Atok tidak lupa memesan kopi susu yang kata orang sini kopi goni. Walaupun tidak ketagihan, saya memang suka meminum air kopi susu panas.
Saya dan isteri hanya duduk di pendopo yang kebetulan masih ada yang kosong. Tapi si cucu tidak tinggal diam. Baru saja kami melunjurkan kaki di lantai pendopo yang berkeramik, Akiif langsung berganti pakaian. Sedari rumah dia sudah menyatakan akan mandi. Ya, sudah biarkan saja. Kebetulan suasana pantai juga tidak terlalu dalam airnya karena kebetulan airnya lagi surut. “Hati-hati, ya.” Hanya itu pesan nenek kepada cucunya.
Pantai Pelawan dengan bibir pantai yang berpasir putih, sesungguhnya sangat menyenangkan untuk bermain-main di situ. Bermain bola pantai bisa, lempar-lempar bola voly juga bisa. Untuk anak-anak sekadar bermain pasir sambil duduk menanti limburan ombak kecil, juga menyenangkan. Jika ingin mandi tinggal menceburkan badan. Enaknya memang saat air pasang.
Berbanding dua-tiga tahun yang lalu, keadaan Pantai Pelawan memang sudah jauh berubah. Pendopo-pendopo tempat istirahat oengunjung semakin banyak. Kedai-kedai kuliner juga banyak. Juga sudah semakin bersih. Fasilitas umum seperti musolla dan tempat mandi air tawar (setelah mandi di laut) juga sudah lumayan banyak. Buat penggemar mandi di laut, masyarakat tempatan tidak perlu mencari tempat wisata jauh-jauh. Cukup di Pantai Pelawan atau ke Pantai Pongkar. Keduanya tidak terlalu berjauhan. Mari kita berlibur di kampung kita saja.***