3 Views

Oleh M. Rasyid Nur

TENTANG kejadian penembakan
terhadap anggota salah satu Ormas Islam yang terus viral beritanya di media,
telah menimbulkan sikap prokontra di antara sebagian masyarakat. Di antara yang
memahami ada pula yang tidak atau belum bisa memahami. Masyarakat itu boleh
jadi kita yang berkumpul di sini atau yang berada di luar. Peristiwa yang menimpa FPI, ini sudah pasti menyulut simpati.

Baik sebagai orang beragama
maupun sebagai manusia secara umum, kita tentu saja prihatin dengan melayangnya
nyawa seperti itu. Enam orang anak-anak muda dalam waktu yang hampir sama. Bahkan dapat
disebut bersamaan karena dalam peristiwa yang sama. Perasaan pula yang beredar di masyarakat yang melahirkan pro
kontra itu.

Banyak reaksi yang muncul. Salah satunya
adanya pernyataan sikap dari masyarakat atau kelompok masyarakat. Munculnya pernyataan sikap dari Ormas Islam
seperti dari IPHI ini, misalnya adalah contoh reaksi itu. Dan itu bisa diartikan
sebagai bentuk perhatian sesama seagama atau sesama manusia. Pernyataan yang dimuat di beberapa media, ini sampai juga ke hadapan kita. Kitapun ikut membacanya.

Terlepas dari apapun bunyi
pernyataan itu, bagi kita tentulah berhati-hati dan waspada membacanya adalah
cara terbaik. Tidak harus ikut-ikut terbawa perasaan (emosi) yang bisa tidak
terkendali. Padahal perasaan tidak terkendali adalah sumber masalah bahkan
sumber malapetaka dalam komunikasi di antara manusia.

Saya tidak keberatan adanya
pernyataan sikap. Malah itu perlu sebagai bukti adanya perhatian sesama manusia
atau sesama seagama. Coba kita simak dan cermati bunyi pernyataan sikap dari
IPHI yang dikeluarkan hari Rabu (09/12/2020)  atas kejadian di Jalan Tol Cikampek Km 50 pada
7 Desember lalu itu. Saya mengutip pernyataan yang dimuat di situs hajinews.com
sebagai berikut,

1.Ikatan Persaudaraan Haji
Indonesia (IPHI) sangat prihatin dan menyesalkan atas terjadinya peristiwa
kelabu yang sangat memilukan, dan kami menyampaikan bela sungkawa yang mendalam
atas peristiwa penembakan yang mengakibatkan 6 orang santri muda anggota Front
Pembela Islam (FPI) meninggal dunia.

2.Ikatan Persaudaraan Haji
Indonesia (IPHI) mendesak untuk segera dibentuk Tim Independen Pencari Fakta
yang melibatkan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Ikatan Dokter
Indonesia (IDI), lembaga-lembaga independen dan tokoh-tokoh kredibel penggiat
kemanusiaan dan hak asasi manusia untuk menyelidiki dan menyusut secara tuntas
dan transparan kasus ini.

3.Ikatan Persaudaraan Haji
Indonesia (IPHI) mendorong semua pihak agar mengedepankan dan menghargai proses
hukum secara konsisten dan konsekuen serta meminta pimpinan Polri untuk
bersikap jujur dan memberi informasi sebenar-benarnya terkait peristiwa kelabu
yang mengakibatkan 6 santri muda menjadi syuhada.

4.Ikatan Persaudaraan Haji
Indonesia (IPHI) meminta Alim Ulama, Tokoh Adat beserta masyarakat untuk tetap
tenang dan terus melakukan tabayun terhadap semua informasi terkait peristiwa
kelabu yang terjadi dan tidak mudah terprovokasi.

5. Ikatan Persaudaraan Haji
Indonesia (IPHI) menghimbau semua elemen bangsa untuk senantiasa berdoa dan
melakukan yang terbaik demi terjaganya keutuhan bangsa dan terwujudnya
Indonesia yang lebih baik.

Tidak ada yang berlebihan dari
pernyataan sikap itu. Oleh karena itu tidak harus juga kita berlebihan menyikapinya. Yang diperlukan tentu saja kearifan kita membacanya. Semakin arif kita menyikapi pernyataan sikap itu, semakin
baik pula hasil yang akan didapatkan. Sebaliknya, semakin tinggi nuansa emosi kita membacanya, maka semakin besar pula kekisruhan akan tiba. 

Jadi, mari disikapi secara arif apa yang
dinyatakan oleh organisasi haji Indonesia itu. Arif, artinya kita membaca apa adanya. Kebenaran info dan tindakan yang benar dari semua pihak, itulah yang diharapkan dari kearifan ini. Kita prihatin, ya. Ini peristiwa hilangnya nyawa manusia Kita ingin
itu diselesaikan secara baik dan transparan, ya. Karena kita masih berperintahan yang sah dan wajib menyelesaikan kasus hilangnya nyawa ini dengan baik dan benar. Pasti kita tidak berharap ada
kisruh lain yang menyertainya.***

Juga di www.mrasyidnur.gurusiana.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *