Oleh M. Rasyid Nur
SEBAGAIMANA
sudah ditetapkan Pemerintah Indonesia bahwa pada hari Kamis (29/10/2020) ini
adalah hari libur peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw karena bersamaan dengan
12 Rabi’ul Awal 1442. Bagi kita, meskipun libur ini adalah bagian dari Libur
Bersama (28, 29, 30 Oktober 2020) yang berarti ada kesempatan untuk bepergian
kemana saja selama lima hari jika ditambahkan dengan Sabtu-Ahad (31/10 dan 1/11),
tentu saja itu waktu yang cukup panjang. Libur yang begitu panjang. Namun belum
tentu kita akan pergi. Bukankah saat ini covid-19 masih merebak dimana-mana?
Akan lebih
baik dan bermanfaat bagi kita, dari pada sekadar berlibur untuk bepergian ke luar
daerah mendingan kita di rumah saja. Selain dapat menghindari kemungkinan
terpapar oleh virus corona, kita juga berkesempatan bersama keluarga di rumah
saja. Menikmati harmonisasi keluarga kita.
Jika
keluarga kita adalah keluarga yang tidak terpapar oleh virus berbahaya ini,
kita benar-benar dapat menikmati kebersamaan ini dengan berbagai acara tanpa
batas apapun. Tidak perlu ada protokoler kesehatan dalam keluarga kita. Namun
jika keluarga kita, atau salah seorang keluarga kita adalah orang yang kebetulan
sedang terpapar dan sedang dirawat karena virus corona, lebih baik kita merawat
keluarga kita. Memberikan semangat kepadanya agar dia segera pulih seperti
semula.
Tentang
peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada hari ini kita sudah
sama-sama mengetahui bahwa peringatan ini menjadi perayaan yang berkembang di
masyarakat sejak dulu hingga kini adalah setelah Nabi Muhammad SAW wafat.
Artinya peringtatan ini baru ada setelah nabi meninggal dunia. Bukan peringatan
yang sudah dilakukan Nabi sendiri atau oleh para sahabat ketika nabi masih
hidup. Kita pun bukan dalam posisi ingin memperdebatkan masalah ini.
Bahwa
perdebatan perlu-tidaknya peringatan Maulid Nabi di tengah-tengah masyarakat
muslim sendiri masih ada, biarlah itu menajdi perdebatan ilmiah saja. Jangan
juga sampai merusak hubungan silaturrahim di antara sesama kita orang Islam.
Jika ada yang menilai peringatan ini hanya sebatas mubah saja, itu juga tidak
masalah. Atau ada yang menganggap ini
penting untuk syiarnya agama, juga tidak masalah. Utamanya, jangan ada
perselisihan yang menimbulkan pertentangan dan permusuhan di antara muslim
sendiri. Termasuk adanya perbedaan istilah kata, maulud dan atau maulid yang
sering diucapkan pada saat peringatan kelahiran Nabi Muhammad Saw.
Mengutip
pendapat seorang Dosen Tafsir Fakultas Syariah IAIN Surakarta, Ahmadi
Fathurrohman Dardiri SThI MHum yang dimuat di salah satu media online,
menjelaskan, “Maulid artinya kelahiran, sementara Maulud itu artinya orang
yang dilahirkan.” Itu berarti istilah keduanya sama benarnya. Kedua
istulah itu diperuntukkan kepada sosok yang sama, Muhammad Saw. (Serambinews.com:
28/20/2020)
Jadi, memperingati
maulid semata-mata untuk mengenang kelahiran seseorang yang bernama Muhammad
dengan segala warisan atau peranannya. Sementara menyebut istilah maulud adalah
untuk menekankan kepada orang yang dilahirkan itu, yaitu Nabi Muhammad SAW.
Lalu, ya sama saja tujuannya. Tidak harus juga menjadi perdebatan yang
mengarahkan kita untuk berselisih paham dalam bermusuhan. Menjaga silaturrahim,
itu jauh lebih utama dari pada memperingatai kelahiran Nabi dalam bentuk
permusuhan.
Satu hal
yang seharusnya tetap kita pertahankan adalah bahwa pada momen peringatan
Maulid Nabi selalu kita ingin memperbanyak bacaan solawat kepadanya. Amalan ini
bukanlah sebuah perbedaan pendapat antara satu dengan lainnya. Berpedoman
kepada petunjuk Allah dalam alquran (Ah-Ahzab: 56) yang mengatakan, “Sesungguhnya
Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang
beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan
kepadanya,” maka jika kita melakukannya artinya kita mematuhi peruntah Allah
dalam usaha mengenang keteladanannya. Dan semoga pula kita beroleh pahala
dari-Nya.
Kini,
dalam waktu yang cukup panjang liburnya, tentu saja hikmah utama yang dapat
kita petik dari peringatan ini adalah bahwa kita memiliki kesempatan yang
sangat luas untuk bersama keluarga di rumah sambil memahami bagaimana sosok
Nabi Muhammad sang teladan umat kita pahami.***