Aku tak pernah mengharapkan hadir dalam setiap nafas saktahmu..
Aku suka dengungan.. dengan nun mati ketemu ba
Jangan pernah menyuruhku diwaqadkan saat isi dan nafasmu terpingal pingal
Setelah itu kau menjadi juara
mengucap kutukan tanpa ragu dan membuktikan kamu menulis dalam hatimu
Menjadikan kan ku dab seluruhku bungkam membisu dalam seribu isyarat dan seribu alasan?
Kemudian berlari pergi mencari
Dengan nada tinggi? Membentak dan mengutuk ngutuk?
Membunuh hubungan tanpa menjaga sebuah hati yang kosong?
Sikap yang pengecut?
Tetap saja tak membuatku kesal
Karena luapan emosi
Mencoba memahami semua arti dalam hidup saat keduanya kita bertemu dan berpisah?
Aku pun tak setia mungkin salah artikanku?
Atau dirimu saja yang memang berubah
Karena matamu yang liar?
Pergilah…
Apakah kau ingin ke lain hati aku izinkan?
Bagaimana dengan laki-laki ini yang begitu pantas?
Yang dulu pernah kau tangisi sembari berucap janji akan menikahimu?
Sedang sabarku sudah sampai di penghujung nafas saktah
Berharap kau berbelas kasih untuk mengisinya dengan yang baru?
Demi mengulang kisah kita bersama setelah new normal?
Atau mungkin kau malah menghabisinya
Dengan nafsumu?
Jangan, jangan kau jadikan
hubungan kita seperti tajwid saktah yang berlain makna
Yang dilantunkan pada mimbar tilawah para qori
Setelah dilantunkan harus berhenti di pertengahan bacaan yang sangat izhar
Nafas tertahan lalu kembali dilanjutkan
Demi demi…
Oh … sayangku
Cara apapun yang kau rasa senang, lakukanlah
Lakukanlah
Tapi jangan kau memaksa,
Untuk.. untuk..
karena tak hatiku menerimanya..
12 Agustus 2020