Mengatasi Corona Harus Lahir dan Batin

Oleh Muhammad Nasruddin

 
SAYA yakin bahwa melawan corona (covid-19), ini tidak cukup dengang upaya dhohir (lahir) saja. Tapi juga mesti dengan upaya secara batin juga. Baik secara lahir maupun secara batin, hendaklah secara sejalan keduanya.
Saat ini kita lihat orang hanya mengandalkan upaya lahir saja. Melawan penyakit corona sejatinya tidak cukup hanya melalui ikhtiar dengan melaksanakan protokol kesehatan. Karena bagaimanapun juga, usaha kita pasti ada titik kelemahannya.
Sehebat apapun kita menjaga diri dengan memakai masker yang tebal, hand sanitizer yang banyak, disiplin secara ketat, namun ini tidak menjamin kita selamat dari terpapar virus corona. Jika Allah berkehendak, kelemahan kita pasti ada, dan Allah bisa memasukkan virus ke tubuh kita, tanpa kita sadari di saat kita lengah dan lemah.
Allah itu bukan hanya zat Azh-Zhohir, tapi juga Al-Bathin. Maka penjagaan dan ihtiar bathiniah perlu kita lakukan juga. Langkah ini sekaligus sebagai pertanda kita tidak angkuh dan sombong. Kita yakin bahwa Yang Maha Kuasa adalah penentu segala-galanya.
Asupan vitamin batiniah berupa dzikir khususnya penolak bala, wikoyah,. Himayah, perlu kita lakukan dan diikhtiarkan. Karena hakekatnya, atas kehendak Allah jualah semuanya terjadi. Kalau kita meyakini Allah sebagai pemegang remote kendali segala hal yang terjadi, mengapa kita malas mendekati-Nya? Justeru kita berusaha meminta perlindungan itu kepada-Nya. Artinya, kombinasi antara usaha kita (secara lahir) dengan doa-doa (batin) adalah cara terbaik untuk kita mengatasi masalah corona ini.
Sayang memang, kebanyakan masyarakat kalau diajak berdzikir seolah begitu enggannya. Beberapa kali kami mengundang untuk berdzikir perlindungan diri melalui majelis dzikir Amalan Auliya’ (Rotibul Haddad) ternyata tidak mau ikut.  Rasanya berat hati untuk datang, dengan beragam alasannya,. Yang sibuk, yang jauh, yang ngga ada kendaraan, dan bla bla…dengan beraneka ragam alasan lainnya. 
 
Kalau alasannya sibuk, adakah yang lebih utama dibanding menyibukkan diri menuju Allah? Kalau alasannya jauh, dimana pengorbanan kita untuk menuju Allah? Kalau kota kecil tanpa macet seperti –Karimun– ini dianggap jauh.. bagaimana kita akan sampai ke Baitullah yang begitu jauh? Dengan sikap seperti itu boleh jadi kita tidak akan pernah sampai ke Tanah Suci, Rumah Allah yang begitu jauh berbanding jarak yang di kota Karimun ini.
Kalau alasan kendaraan…inilah pengorbanan dan perjuangan kita..semua akan diuji utk menuju Allah..ada yg diuji mll uang, kendaraan, anak, suami dll.dan di situlah letak syurga nya klo kita bisa anggap ini sbg bentuk persembahan kita kpd Allah. Karena syurga itu ada di aktivitas yang terasa berat menurut nafsu kita. Dan neraka ada pd aktifitas yang membuat nyaman dan senang nafsu kita.
Yuk sadari ini…sbg jihad kita. Dan niatkan untuk hadir di majelis dzikir meskipun nafsu dan syetan selalu menghambat kita untuk menghadirinya. Di sinilah  perjuangan nya dan di sinilah alamat syurga kita.
Amalan dzikir Auliya’, adalah untuk kepentingan keselamatan masyarakat sendiriŲŒ sebagai upaya bathin menuju Allah Al bathin yg memegang remote control kehidupan dan kematian.
Jama’ah Yang sudah Istiqomah, mengamalkan nya tdk akan dirugikan atau diuntungkan dengan lemahnya respon masyarakat utk berdzikir. Karena kami bertindak dan melangkah atas nama Allah, karena Allah, dan untuk Allah. Lillah, Billah, Fillah, atas qudroh dan irodah Nya semata.
Monas Inspire
Mochamad Nasrudin

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *