Memperingati Hari Lahirnya Pancasila: Mari Merefleksi Diri

Oleh M. Rasyid Nur
BUKAN perdebatan kapan sebenarnya hari lahir Pancasila
yang penting. Pasti itu tidak produktif untuk diperdebatkan. Apalagi jika masuk
ke debat kusir, kapan sebenarnya lahirnya yang tepat untuk ditetapkan, seperti
di era rezim sebelumnya, misalnya. Kita ingat, tahun-tahun kemarin itu,
khususnya di era Orde Baru, perihal lahirnya Pancasila tidak terlalu bergaung
secara merata karena perdebatan kapan lahirnya Pancasila. Justeru yang selalu
didengung-dengungkan tentang Kesaktian Pancasila yang semua kita sepakat ketika
ada oknum yang saat itu ingin mengubah Dasar Negara. Peristiwa penculikan
beberapa tentara menjelang penghujung 1965, itu dicatat sejarah sebagai
peristiwa usaha mengubah Pancasila sebagai Dasar Negara. 
Tahun-tahun berikutnya, diskusi dan debat perihal
lahirnya Pancasila tidak pernah menemukan titik kesamaan untuk semua yang masih
memperdebatkannya. Berdebat secara ilmiah saja pernah terjadi tahun-tahun
sebelumnya itu namun tetap tanpa ada satu kata aklamsi. Apakah karena sudah
terbungkus politik? Boleh jadi.
Benar, bangsa Indonesia memerlukan tanggal lahir
setiap momen atau kejadian-kejadian penting, seumpama lahirnya Pancasila itu.
Sebagai falsafah bangsa, Pancasila menjadi hal penting dalam bangsa yang
majemuk ini. Apalagi bangsa kita juga sudah punya tradisi memperingati secara
resmi setiap tanggal penting yang ada dalam sejarah. Sebagian tanggal-tanggal
penting itu ada yang sudah ditetapkan menjadi Hari Libur Nasional, karena
dipandang begitu pentingnya.
Begitu banyak tanggal yang disebut sebagai
‘tanggal penting’ di Negara kita. Kalau dirunut sejak awal Januari, di setiap
bulan dalam satu tahun itu ada tanggal pentingnya. Baik level Nasional
(Indonesia) maupun level dunia (Internasional) begitu banyak tanggal-tanggal
penting yang tentu saja diperingati secara Nasional mapun secara Internasional. 
Mari kita tilik di bulan Januari, misalnya.
Setiap tanggal 1 Januari adalah sebagai Tahun Baru Masehi (Internasional); 3
Januari sebagai Hari Departemen Agama; 5 Januari sebagai Hari Korps Wanita
Angkatan Laut; 10 Januari sebagai Hari Gerakan Satu Juta Pohon (Internasional)
dan sebagai Hari Tritura dan beberapa lagi dalam bulan Januari. Setiap bulan
dalam satu tahun, itu pasti ada tanggal penting yang sudah ditetapkan baik
secara Nasional maupun Internasional. Jadi, menetapkan tanggal penting itu yang
penting. Termasuk tanggal lahirnya Pancasila.
Bagi guru seperti kita penetapan tanggal penting
yang bernilai sejarah dalam Negara dan Bangsa kita tentu lebih penting lagi.
Bukan saja sebagai pengetahuan bagi diri kita, tapi juga ada kewajiban lain yang
melekat pada profesi kita. Kita wajib pula menjelaskannya kepada anak-didik
kita, sebagai generasi muda yanag akan menggantikan generasi sekarang. Itu
penting untuk kelanjutan kehidupan berbangsa dan bernegara di Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Keluarnya Kepres Nomor 24 Tahun 2016 tentang
lahirnya Pancasila yang menetapkan 1 Januari adalah Hari Lahirnya Pancasila
dengan cantolan sejerah peristiwa, saat Ir. Sukarno berpidato di depan
sidang  BPUPKI (Badang Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia), 1 Juni 1945 maka perdebatan kapan Pancasila
sudah tidak perlu. Bahwa masih ada yang berpendapat lain, karena adanya rumusan
Pancasila 22 Juni 1945 (Piagam Jakarta) dan rumusan akhir pada 18 Agustus 1945,
saat Negara RI beanr-beanr sudah ada (merdeka) tentulah cukup catatan sejarah.
Cukup menajdi pengetahuan rakyat. Entah jika suatu hari nanti ada argument lain
yang berdasarkan catatan lain yang menyebabkan tanggal lahir Pancasila berubah.
Biarlah sejarah juga yang akan mencatatnya.
Bagi kita saat ini, terutama sejak empat tahun
lalu itu, diskusi perihal Pancasila adalah bagaimana bangsa Indonesia, setiap
rakyatnya merefleksi diri –sendiri atau kelompoknnya—tentang penerapan
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Pertanyaan sederhananya, sebagai
‘anak bangsa’ yang cinta bangsanya, yang harus berjuang untuk bangsanya,
sudahkah kita membuktikan nilai-nilai Pancasila dengan baik dan benar? Setiap 1
Januari, kini kita memperingati. Kemarin pagi kita peringati, sudahkah kita
merefleksi diri?
Mungkin kita tidak elok menyebut koruptor yang
merampok uang Negara, tapi pastilah tindakan korupsi itu tidak sejalan dengan
Pancasila. Kita juga tidak akan menyebut orang-orang kaya yang pelit di Negara
kita, yang pikirannya hanya mengumpulkan dan menimbun kekayaan
sebanyak-banyaknya, tapi tidak mau membantu orang-orang susah secara serius.
Pastilah sikap itu tidak sesuai juga dengan Pancasila. Dan pasti banyak lagi
kesalahan dan kejahatan yang dilakukan oleh sebagian rakyat Indonesia yang
tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Jika itu adalah kita, sudahkah kita
berkaca diri?
Kini, itu haruslah menjadi pertanyaan yang kita
ajukan kepada diri kita masing-masing. Apapun profesi kita, sudahkah kita
melaksanakannya sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku? Jika sudah,
itulah bukti kiya mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Kita melaluinya kemarin,
hari ini adalah hari pertama kita masuk ke hari baru di tahun berikutnya
setalah kita memperingati lahirnya Pancasila. Hendaklah kita semua benar-benar
mempertanyakan keseriusan kita untuk menerima dan mengamalkan nilai-nilai
Pancasila. Bagi kita orang yang beragama, dengan mengamalkan Pancasila secara
benar, secara otomatis kita akan menjalankan ajaran agama yang beanr juga.
semoga!***  
Dapat dibaca juga di:  https://mrasyidnur.gurusiana.id/article/2020/06/pancasila

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *