Catatan M. Rasyid Nur
MENERUSKAN info-info dari mana saja dari penjuru dunia kepada pembaca atau pendengar tentu baik-baik saja. Di tengah derasnya arus informasi dengan banyaknya alat komunikasi (terutama media sosial) kita bisa saling berbagi setiap saat dan dari mana saja. Itu sangatlah penting.
Dari sebuah televisi disebutlah info tarawih dengan rekor tercepat, 23 raakat hanya dalam 10 menit saja. Pernak-pernik Ramadhan dari sebuah pesantren itu tentu saja cukup menarik. Seperti apa ruku dan sujud solat seperti itu. Terbayangkan, tak?
Pada waktu lainnya ada pula informasi masjid-masjid yang terbiar kosong karena kebijakan pencegahan covid-19 yang saat ini mewabah di Tanah Air kita. Terbaru juga ada berita berkaitan virus corona ini yang menyebabkan kebijakan Pemerintah Arab Saudi yang tidak membuka Masjid Haram untuk umum. Sudah sejak beberapa bulan yang lalu, setelah corona merebak hampir di seluruh dunia, Arab Saudi yang setiap saat kebanjiran tamu umroh, justeru menutupnya. Ramadhan yang jumlah pengunjung umrohnya biasanya berlipat ganda berbanding di luar Ramadhan, kini malah sepi. Itulah kebijakan.
Berita dari Tanah Haram, persisnya dari masjid haram itu memberi informasi kepada umat di selruh dunia, termasuk Indonesia bahwa saat ini Masjid Haram benar-benar berubah. Jamaahnya hanya petugas masjid saja. Solatnya juga yang biasa 20 rakaat plus witir, kini konon hanya 10 rakaat saja plus witir. Kalau dulu dipenuhi jutaan umat seluruh dunia di sana kini hanya petugas masjid Alharam itu saja yang dibolehkan melaksanakan solat. Sungguh berubah.
Pesan buat kita adalah bahwa segalanya bisa berubah kecuali yang Allah sendiri tidak membolehkan untuk berubah. Demi kemasalahatan yang lebih besar, segalanya bisa dilakukan. Semoga itu menjadi pelajaran penting buat kita.***