Misteri Anak Kunci: Tak Ada Tapi Ada

Oleh M. Rasyid Nur

SETENGAH dua belas, Kamis (16/04/2020) itu saya sudah mau pulang ke rumah. Diskusi yang lumayan lama dengan rombongan Pak Iman dan dua orang temannya dari Polres Karimun membuat waktu tak terasa berlalu cepat. Ternyata waktu zuhur sudah dekat. Kami bubar dan masing-masing  ingin pulang. Tiga orang anggota Polres Karimun sudah keluar ruangan setelah berpamitan.
Saya segera mengemas meja kerja. Ruang di lantai III Gedung C Darul Mukmin itu adalah ruang tempat saya bekerja sejak diberi amanah membantu mengurus Yayasan Darul Mukmin oleh Pak Muhammad Hasbi sebagai pemilik. Laptop, buku-buku dan kertas yang ada di atas meja saya rapikan. Saya akan segera turun ke bawah untuk kembali ke rumah.
Sampai di area parkir, saya sudah memegang motor Mio yang saya pakai ke Kantor hari ini. Kebetulan ada Ibu Fama, Kepala TKIT Darul Mukmin di situ. Dia juga sudah menghidupkan motornya. Bahkan sudah bergerak akan keluar pagar. Saya minta berhenti sebentar. Ada yang ingin saya sampaikan ke dia. Dia pun berhenti dengan tetap duduk di atas sadel motornya. Saya sendiri tidak jadi menghidupkan Mio milik Yayasan Darul Mukmin itu.
Kurang lebih 10-15 menit kami ngobrol, Ibu Fama langsung berangkat dengan motornya. Saya pun naik ke atas sadel motor sambil mencari-cari kunci Mio di saku celana. Saku kiri ada dompet, saya keluarkan dompet itu untuk memastikan kunci ada atau tidak ada karena di saku sebelah kanan kunci Mio itu tidak ada. Saya memagang dada kiri bagian atas, reflek serasa ada saku baju. Tapi baju kaus yang saya pakai pagi itu tidak ada saku. Kunci tidak ada.
Kembali saya turun dari motor. Saya menduga kuncinya tertinggal di lantai atas, ruang saya bekerja. Dengan sedikit kesal saya naik. Terasa juga letih karena hari sudah siang begitu. Selain haus juga lapar. Setelah menyusuri anak tangga dari lantai bawah, saya buka kembali pintu masuk. Saya langsung ke mejakerja yang berisi beberapa buku, map yang tersusun rapi serta laptop itu. Kunci yang saya cari tidak ada. Saya bingung. Kemana kunci itu? Tanya saya dalam hati.
Setelah semua sudut saya sapu dengan pandangan yang teliti, kunci Mio tidak juga ditemukan, saya berpikir mungkin di tempat parkir motor. Sambil tetap memagang saku celana, merasa-rasa apakah kunci itu ada, saya sudah kembali berada di lantai paling bawah. Badan sudah mulai beringat. Selain risau juga karena cuaca memang panas siang itu. Saya kembali berdiri depat motor yang stangnya juga terkunci. Saya teliti dan amati semua tempat di motor, di lantai parkir dan kembali lagi ke lorong lantai bawah sebelah Kantor Guru dan Kepala TKIT itu.
Sungguh membuat saya heran. Saya sudah mencari di semua tempat menyusuri anak tangga dua tingkat dan tempat jalan saya dari atas ke bawah dan sebaliknya. Saya mulai berpikir, jangan-jangan anak kunci motor itu terbawa oleh bapak-bapak polisi tadi. Ah, sudahlah. Saya harus kembali saja ke rumah dengan mohon antar kepada karyawan Darul Mukmin yang ada di situ. Hari sudah jauh meninggalkan zuhur.
Pertama saya menelpon ke rumah, isteri saya dulu. Menjelaskan kalau kunci motor misterius hilang. Sudah dicari-cari tidak ditemukan. Jadi, mohon maaf agak terlambat pulang. Isteri saya menyambut telpon tentu dengan segala keheranannya. Setelah itu saya menelpon Hendra, salah seorang karywan Darul Mukmin untuk memberi tahu kunci motor hilang. Saya minta antar pulang ke rumah. Motor biarlah tinggal saja, dan nanti mohon dibawa ke bengkel untuk diganti saja dengan kunci baru.
Sejenak datang Wira, salah seorang karyawan Darul Mukmin lainnya. Ternyata dia diminta Hendra untuk mengantar saya. Sayapun kembali ke rumah, Darul Mukmin – Wonosari. Jarak yang lumayan jauh. Mustahil untuk jelan kaki. Opelet juga tidak ada di jalur ini.
Sesampai di rumah, tidak ada lagi kisah anak kunci itu. Saya sudah memesankan ke Hendra yang tugasnya di Yayasan adalah bagian inventaris dan sarana yayasan untuk membawa motor Mio itu ke bengkel di sekitar lokasi yayasan, untuk diganti saja kuncinya dengan kunci baru.
Singkat cerita, Jumat saya kembali ke kantor. Saya membawa scutter tua saya ke kantor. Motor itu niatnya, nanti akan dijemput oleh anak saya, Opy seandainya sudah selesai penggantian kuncinya. Sampai di lokasi parkir, saya setengah mengomel karena motor Mio ternyata masih di situ. Sama sekali belum dipindah atau dibawa ke bengkel. Stangnya pun masih terkunci.
Dalam dongkol itu saya terus naik ke lantai atas, lantai III. Saya ingin meneruskan pekerjaan kemarinnya yang belum selesai. Terkejutnya, saya melihat anak kunci motor itu ada di lantai dekat pintu masuk. Saya baru mau membuka kunci pintunya, ketika mata saya melihat kunci itu. Sungguh saya kaget. Kemarin saya sudah menyisir semua sudut dan selebar lantai di ruang saya di lantai III itu. Saya tidak menemukan. Tapi kok pagi ini ada di situ?
Pertanyaan itu tetap misteri sampai catatan ini saya tulis. Jika ada orang yang menemukan, mengapa tidak memberi tahu ke saya kalau dia menemukan? Saya kan perlu mengucapkan terima kasih kepadanya. Tapi jika kunci itu memang di situ sejak kemarin, berarti mata saya kemarin itu ditutup oleh Yang Maha Kuasa atau kekuasaan lain yang membuat mata saya tak dapat melihatnya. Benarkah? Misteri sebuah kunci. Itu saja yang dapat saya simpulkan.***

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *