Surat Dikirim untuk Mas Nadiem: Guru Berliterasi, Kiranya Menteri Memberi Arti *

Oleh M. Rasyid Nur 

CUPLIKAN puisi Khairil Anwar yang
berbunyi, ‘Sekali berarti, sudah itu mati,’dalam
DIPONEGORO (1943) hingga hari ini mungkin masih lengket di benak kita.
Setidaknya  sejak guru kita mengajarkan membaca
dan atau memahmi makna sebuah puisi. Tentu saja jika puisi karya si ‘Binatang Jalang’
ini yang dijadikan contoh oleh guru kita.

 

Walaupun maksud puisi itu diartikan
sebagai pemberi api semangat untuk pahlawan pejuang Bangsa yang ditumpukan penulis
puisi ‘Aku’ itu ke salah seorang diantaranya, yaitu Pengeran Diponegoro, jelas sasaran
sesungguhnya jauh lebih luas dari pada seorang Diponegoro saja. Dan itulah ciri
puisi bertaji. Makna dan tafsirnya selalu bisa diberi multi arti.
Meminjam semangat kosa kata
‘berarti’ yang dipakai Khairil Anwar 76 tahun lalu itu, terkait   dengan keadaan kekinian, saat para menteri baru
yang diterajui oleh presiden lama, Jokowi yang baru saja kembali terpilih, saya   ingin mengaitkannya dengan hadirnya sosok
seorang tokoh muda bernama Nadiem Makarim yang didapuk Presiden Joko Widodo menjadi
Mendikbud. Sejak bos Gojek ini diperkenalkan bersama 33 orang menteri lainnya
di Kabinet Indonesia Maju –Rabu, 23/10/2019– itu serta-merta namanya menjadi buah-bibir.
Dibicarakan di banyak media yang kini melambungkan namanya.
Seorang Dahlan Iskan, yang
terkenal sebagai pengusaha, pengusaha media yang tulisannya bertaburan dimana-mana,
yang artinya dia berada juga di pusaran literasi Indonesia, dan yang pernah merasakan
bekerja di bawah presiden sebagai menteri juga, dia ikut membuat ulasan di blog
pribadinya, Di’s Way dalam tulisan, Kabinet Baru pada 24 Oktober lalu. “Di
tengah belitan kawat-kawat berduri birokrasi,” tulis Dahlan mewanti-wanti Mas
Nadiem (meminjam sapaan Pak Ihsan) untuk waspada karena besarnya institusi Kemdikbud.
Jangan sampai Nadiem Makarim tidak bisa begerak lincah. Pesan yang dia sampaikan
sebagai peringatan, ini meski berhati-hati tapi penuh arti. Benar mantan bos Kementerian
BUMN Kabinet Indonesia Bersatu II itu memberikan komentar. “Jangan sampai aspektasi
berlebihan membuat Nadiem Makarim kelimpungan.” Kurang lebihnya bisa begitu
maksudnya pada tulisan yang mengulas juga menteri lainnya.
Apapun tantangan, bagaimanapun
beratnya beban dan akan sepanjang apapun perjalanan di depan untuk mewujudkan
tujuan Kemdikbud, yang pasti kita sebagai guru tidak akan lemah semangat apa
lagi akan berputus asa membaca berita-berita miring tentang Mas Nadiem. Justeru
begitu besarnya harapan sosok yang paling ramai menjadi penghuni Kemdikbud ini.
Satu di antara beribu harapan guru kepada Mas Nadiem adalah agar guru semakin
‘berarti’ dan benar-benar diberi ‘arti’ dalam status dan profesinya sebagai
pendidik, pengajar, pembimbing pengarah dan seterusnya, sebagaimana digariskan
pada pasal (1) Undang-undang Guru dan Dosen (UU No 14/ Tahun 2005) itu. 
Tapi catatan pendek ini, saya ingin
menggarisbawahi bahwa sesungguhnya tugas-tugas guru itu ternyata tidak hanya
sebagai pelaksana perintah Undang-undang seperti pada pasal (1) ayat (1) itu
saja. Bahkan dalam Undang-undang yang sama di pasal lain juga ada tugas-tugas dan
kewajiban guru yang lain. Sebagai seorang pendidik, guru ternyata tidak cukup
sampai pada tujuh tuntutan tugas utama itu. Ada beribu tugas tambahan yang
menanti di depan, baik yang tersurat –di Undang-undang, PP, Permen, Edaran,
dst– maupun yang tersirat –di harapan masyarakat—di tempat kita berada. 
Memperhatikan tingginya tuntutan
kepada guru itu, termasuk untuk mengembangkan dan menggiatkan ranah literasi di
sekolah yang belakangan gaung harapannya kian kencang, maka sudah sepatutnya
guru semakin diberi ‘arti’ oleh lembaga tempatnya bernaung, Kemdikbud. Kita
masih ingat, sejak tahun 2015 lalu, ketika Pemerintah mencanangkan Gerakan
Literasi Sekolah (GLS) sebagai usaha mengefektifkan Gerakan Literasi Nasional
(GLN) dengan mengeluarkan beberapa pedoman pelaksanaan, maka tuntutan agar
menjadi penggiat literasi kini menjadi tugas lain yang tidak dapat dielakkan
guru. Menjadi penggiat, artinya guru sendiri wajib melaksanakan literasi
tersebut selain menularkan ke orang lain (waga sekolah dan masyarakat). 
Dengan dikeluarkannya buku Pedoman Gerakan Nasional Literasi Bangsa
dengan tujuan ‘Menciptakan Ekosistem Sekolah dan Masyarakat Berbudaya
Baca-Tulis serta Cinta Sastra’ oleh Bidang
Pusat Pembinaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan
(2016) maka tugas guru di ranah literasi itu sesungguhnya
tidak lagi sekadar pilihan. Tugas ini sudah menjadi bagian keharusan bahkan
kewajiban.
Untuk itu, tidaklah berlebihan
jika ke depan para guru berharap penuh kepada peneraju Kemdikbud baru, Mas
Nadiem. Orang seperti Mas Nadiem yang sudah membuktikan pengetahuan dan
keterampilannya dengan menjadi perintis, pelaksana dan pengembang Gojek yang
mendunia nantinya diharapkan memberikan ‘arti’ lebih kepada para guru,
khususnya yang bergiat di ranah literasi. Kita bayangkan, akan ada banyak kegiatan
dan penghargaan yang diberikan kepada guru umumnya, guru penggiat literasi
khusunya dalam lima tahun ke depan. Maka, guru, bersiaplah. Intinya, buatlah
(guru) ini berarti. 
‘Berarti’ yang bersinonim dengan
‘bermakna’ dapat dipahami sebagai ungkapan memberikan penghargaan kepada orang
yang dimaksud dalam kalimat yang menyertainya.  Setiap orang dalam berbuat, maka predikat ‘berarti’
itulah yang diinginkan. Bekerja maksimal, berbuat terbaik, tiada lain tujuannya
kecuali mendapatkan predikat ‘berarti’ itu sendiri. Orang pasti tidak ingin kerja
dan usahanya menjadi sebuah kesia-siaan tersebab tak ada perhatian alias tiada
diberi ‘arti’ oleh yang seharusnya member ‘arti’.
Kini tugas-tugas berat guru terus
menanti. Tapi pasti lebih berat lagi tugas Pak Menteri yang usianya sangat muda
tapi akan mengelola lembaga super besar seperti Kemdikbud. Akankah kita sukses
memwujudkan misi Pak Menteri dan Pak Menteri pun sukses membuat guru penuh arti
dalam profesinya, sejarah jua yang akan mencatatnya. Satu tekad, kita berbuat
untuk terus memburu manfaat.***
*Artikel ini aslinya diposting di www.gurusiana.id/mrasyidnur dan ikut kegiatan lomba menulis MGI

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *