Karya M. Rasyid Nur
Di matamu, Ibu dan di mataku ada mata ayah
Di mataku dan di mata ayah ada matamu, Ibu
Di mata ayah dan di matamu, Ibu juga ada mataku,
mata merana, Ibu
Ibu, aku dan ayahku adalah satu yang Dia putuskan buat kita begitu
yang seharusnya kita bersatu seperti ruas dan buku tebu
bukan seperti sepatu yang tak bisa menyatu
tapi tak bisa juga satu, Ibu
matamu dan matanya
entah kemana membawa mataku tergores sembilu
entah kemana ingin bersatu menelan pilu
Kini di mataku ayah dan ibu tidak punya mata, Ibu
Di mataku, matamu dan matanya adalah derita
Di mataku, matamu dan matanya adalah air mata, air mata buaya
Di mataku, matamu dan matanya adalah buaya telah menerkam mangsa
Di mataku, ibu tetap merana
Bermata buayakah ayah
bermata buayakah ibu yang nestapa
Tanpa meninggalkanmu, Ibu
Ini adalah waktu memperingatimu
emak ayah dan kita ciptaan-Nya
mengapa tersia-sia
Mengapa emak kita yang susah melahirkan kita
yang bertarung nyawa demi anaknya melihat dunia
yang tak pernah mengeluh dalam derita
tetap harus terus dan terus menderita
benarkah di matamu, Ibu ada air mata
benarkah di mata ayah tidak ada air mata
Ibu, ayah siapa saja ada apa di matanya
Ibu, di matamu ada air mata buaya, kata ayah
Ibu, di matamu ada air mata dusta, kata ayah
Ibu, di matamu ternyata hanya ada siksa
Ibu, di matamu tiada kuasa menembus ego ayah
Ibu, di matamu aku ingin berteduh selamanya
Tbk-170919