Bu Inun, Penjual Kue Berangkat Umroh

SEORANG penjual kue akan berangkat umroh. Sepintas berita itu biasa saja. Tapi jangan salah, seorang yang hanya bekerja sebagai penjual kue selalu dikonotasikan sebagai masyarakat biasa saja. Maksudnya, sering dikategorikan masyarakat berekonomi menengah ke bawah. Dan jika dikatakan akan berangkat umroh, tentu itu istimewa. Berita itu boleh menjadi inspirasi bagi kita.

Menurut Mochammad Nasrudin, Perwakilan Travel PT Samira Ali Wisata, DINI Grup Indonesia yang aktif mengajak masyarakat untuk berangkat umroh dan haji menjelaskan bahwa Bu Inun layak dijadikan kisah inspirasi, bagaimana seorang muslim membayar kewajibannya kepada Allah. Setiap muslim wajib umroh dan haji. Tapi terbukti tidak semua muslim mau berangkat haji dan umroh. Jika ada yang mau, dengan alasan tidak mampu juga tidak berangkat menunaikan kewajiban ini.

Maka, ketika ada seorang ibu yang sehari-hari bekerja sebagai penjual kue akan berangkat ke Tanah Suci, perlulah kita mengapresiasi, belajar dan bertanya bagaimana cara ibu ini bisa akan berangkat. Lagi pula, Bu Inun tidak menggunakan fasilitas ‘bantuan awal’ yang ditawarkan travel Samira. Dia benar-benar menggunakan uang sendiri. Dan dibayar cash. Begitu dijelaskan Pak Nas kepada Tanaikarimun.com.

Menurut Mochammad Nasrudin, selama belasan tahun Bu Inun berusaha mengumpulkan uang agar
bisa memenuhi panggilan-Nya.  Niat untuk
menuju Baitulloh memang tidak mudah. Allah akan menguji keyakinan dan keikhlasan
kita.  Demikian halnya Bu Inun.  Dahulu pernah ditipu oleh salah satu agen
travel yang tidak bertanggungjawab. Ia sudah membayar beberapa juta, tapi uangnya
lenyap tanpa ada kabar berita.
Memang terpancar perasaan takut dan ragu saat
mendaftar,  jangan-jangan uangnya akan
lenyap lagi tanpa bisa mengantarkannya hingga ke Baitulloh.
 “Alhamdulillah, dengan
sedikit memberikan pemahaman dan karena Bu Inun sudah mengenal saya, akhirnya ia pun
Bismillahirrohmanirrohim,  untuk memenuhi
panggilan Allah kembali.  Ia serahkan
uang cash yang telah dikumpulkannya belasan tahun dari usaha menitipkan kue di
kedai-kedai,” kata Pak Naas.
Mochammad Nasrudin melanjutkan, “Wahai hambah Allah kalau Bu Inun penjual kue mampu
mewujudkan mimpi mimpi-nya untuk segera hadir ke Baitulloh,  lalu bagaimana dengan Anda yang belum pernah sama
sekali hadir memenuhi panggilan Allah untuk hadir di Baitulloh?.  Bagaimanakah dengan Anda yang punya pekerjaan lebih
baik  Sampai kapan kita menjauhi
Allah?  

Sesungguh menghindari panggilan-Nya tidaklah baik. Dan  alasan apalagi yang akan kita buat dengan alasan
ketidakmampuan.  Kenapa untuk urusan
duniawi kita mampu,  untuk Allah kita
merasa tidak mampu?  Kredit motor,  rumah, 
mobil,  kita mampu,  tapi utk perjalanan menuju Baitulloh kita tidak
mampu?  Kenapa sedekah untuk urusan Allah yang
membagi kita rezeki kita berat? Keluar uang 200 ribu rasanya besar kalau itu untuk masjid
atau urusan Allah.  Tapi kalau ke mall
sejuta rasanya kurang dan kecil saja. 

Semoga menjadi inspirasi kita untuk segera meniatkan diri
hadir ke Baitulloh sebelum ajal menjemput kita. Kapan datangnya ajal kita tidak
tahu. Jangan kita mati dalam keadaan Yahudi atau Nasrani gara-gara tidak memenuhi
panggilan-Nya ke Baitulloh.
Monas Inspire.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *